Minim kemajuan dalam bidang pendidikan membuat Nadiem Makarim dianggap bukan sosok yang tepat untuk memimpin penggabungan dua kementerian, yaitu Kemenristek dan Kemendikbud.
Hal ini disampaikan Analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun.
"Sebab sudah 1 tahun 6 bulan usia kabinet ini, tetapi tidak ada kemajuan yang berarti, bahkan gagal melakukan konsolidasi riset sebagaimana dijanjikan saat kampanye dan karenanya itu juga menunjukan kegagalan dalam me-manage soal Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)," ujar Ubedilah dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Senin (12/4).
Selain itu, kata Ubedilah, fenomena pandemi Covid-19 juga gagal dijadikan peluang untuk adanya riset yang mampu menghasilkan vaksin untuk hadapi Covid-19.
"Indonesia terjebak impor triliunan rupiah untuk mendatangkan vaksin dari luar negeri. Pemerintah terlalu sibuk mengurus infrastruktur yang ternyata membuat BUMN yang menggarap infrastruktur terjebak utang hampir 100 triliun. Sementara riset strategis nasional terabaikan," jelas Ubedilah.
Akan tetapi, jika Kemenristek dan Kemendikbud digabung, maka tidak tepat jika dipimpin oleh Nadiem.
"Mohon maaf, tidak tepat jika masih dipimpin Nadiem Makarim, sebaiknya segera diganti. Ada banyak profesor di negeri ini yang paham dunia pendidikan dan riset dengan kualifikasi internasional dan memiliki kemampuan eksekusi," pungkas Ubedilah.
© Copyright 2024, All Rights Reserved