1983-1984 menyampaikan materi tentang Pancasila dalam Perspektif Keislaman dan keindonesiaan HMI.
“Hubungan Islam dan negara di Indonesia, sejak sebelum kemerdekaan hingga sekarang masih menimbulkan persoalan yang belum terselesaikan, sehingga umat Islam dalam hubungannya dengan kehidupan bernegara selalu dicap sebagai anti NKRI, intoleran, dan radikal.” papar yang biasa disapa Bang Zahrin.
“Maka dewasa ini sambungnya, bagi HMI medan pertarungan saat ini tidak lagi pada apa dasar negara, melainkan sejauh mana HMI\'s Connection mampu memberi warna NDP pada Pancasila. Dengan begitu, kedudukan sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi titik sentral yang harus diisi oleh HMI dari perspektif NDP, sehingga sila-sila lain bersandar padanya.
Selanjutnya Dr. Mardianto, M. Pd yang merupakan Doktor jebolan Universitas Negeri Jakarta hadir sebagai pembicara kedua, memaparkan materi tentang NDP dalam Kaca Mata Perkaderan HMI dan Pemanfaatan Teknologi Pendidikan.
“Isi atau materi NDP bersifat sangat rigit dan ketat, namun dalam penyampaiannya bisa saja melakukan elaborasi dengan memanfaatkan teknologi pendidikan yang mutakhir untuk membantu proses perkaderan di HMI.” ujar Dr. Mardianto.
Sedangkan Dr. Mustafa Kamal Rokan, M. H yang saat ini menjabat sebagai Wakil Dekan II FSH UIN-SU dan merupakan doktor lulusan Universitas Indonesia (UI) membawakan materi tentang NDP HMI : Dari Nilai ke Gerak.
Mustafa menjelaskan posisi NDP HMI saat ini sebagai nilai dasar yang harus dimiliki setiap kader seyogyanya ditasbih menjadi daya gerak.
\"Dasar Kapitalnya Karl Marx adalah contoh sukses nilai menjadi daya gerak. Yang perlu dipelajari dari Karl Mark tentu bukan terfokus pada isi pemikirannya namun pada model pemikiran yang menghasilkan gerakan atau daya gerak\", ujar Mustafa.
Kemudian hadir sebagai pembicara keempat, Dr. H. M. Syukri Albani Nasution, MA yang merupakan Sekretaris Umum MUI Kota Medan ini berbagi tentang Kajian Sufistik dalam NDP HMI.
Menurut Syukri pilihan kata jalan kesufian sebagai istilah upaya memperbaiki kehidupan sosial akan menjadi defenisi tersendiri untuk mensejajarkan peran HMI di medan juang.
\"Negara ini butuh pelakon yang tangguh dan aplikatif. Dimulai dari kemahiran membidik filsafat tujuan bernegara, menghubungkannya dengan peran HMI sebagai organisasi kemahasiswaan yang Islam dan Islami”, sebut Syukri.
Syurki berpendapat bahwa peran tersebut tidak boleh dimaknai sederhana, sebab Islam dan Islami menjadi ruh dasar perjuangan ke-HMI-an. Nilai Dasar Perjuangan HMI sambungnya, yang dirumuskan oleh Nurcholis Majid tidak boleh diterjemahkan secara doktrinal-konservatif. Sebab ruhnya adalah perubahan, dan merekayasa perubahan agar se-nilai dengan ruh perjuangan HMI menjadi cita-cita kita bersama dalam ber-HMI.
Pembicara terakhir, Dr. Azhari Akmal Tarigan, M. Ag yang merupakan Founder Bengkel NDP mengangkat isu tentang NDP dan Nilai-Nilai Universal tentang Keindonesiaan.
“Maraknya gerakan yang mencerminkan intoleransi antar sesama pemeluk agama, memaksa kita untuk kembali memikirkan arti kerukukan antar pemeluk agama yang telah dibangun jauh hari sebelumnya. Bangsa ini seolah kehilangan kesadaran sejarah bahkan kesadaran arti keindonesiaan, sehingga mereka melihat Indonesia hanya satu warna, satu agama dan hanya itu. Padahal Indonesia sejak dulunya adalah negeri yang plural.” imbuh Dr. Akmal.
Menurut Akmal, kesadaran bahwa Indonesia milik bersama dan karenanya harus dijaga bersama pula agar tetap utuh. Gunanya adalah agar negara ini menjadi tempat yang nyaman dan aman untuk dihuni setiap penduduk negeri tanpa ada yang merasa sebagai makhluk kelas dua.
Kegiatan tersebut semakin menarik karena dihadiri oleh kader HMI Cabang Medan, alumni HMI dari Cabang Medan, Binjai dan Langkat yang sangat antusias memberikan tanggapan dari pemaparan para pemateri. [R]
" itemprop="description"/> 1983-1984 menyampaikan materi tentang Pancasila dalam Perspektif Keislaman dan keindonesiaan HMI.“Hubungan Islam dan negara di Indonesia, sejak sebelum kemerdekaan hingga sekarang masih menimbulkan persoalan yang belum terselesaikan, sehingga umat Islam dalam hubungannya dengan kehidupan bernegara selalu dicap sebagai anti NKRI, intoleran, dan radikal.” papar yang biasa disapa Bang Zahrin.
“Maka dewasa ini sambungnya, bagi HMI medan pertarungan saat ini tidak lagi pada apa dasar negara, melainkan sejauh mana HMI\'s Connection mampu memberi warna NDP pada Pancasila. Dengan begitu, kedudukan sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi titik sentral yang harus diisi oleh HMI dari perspektif NDP, sehingga sila-sila lain bersandar padanya.
Selanjutnya Dr. Mardianto, M. Pd yang merupakan Doktor jebolan Universitas Negeri Jakarta hadir sebagai pembicara kedua, memaparkan materi tentang NDP dalam Kaca Mata Perkaderan HMI dan Pemanfaatan Teknologi Pendidikan.
“Isi atau materi NDP bersifat sangat rigit dan ketat, namun dalam penyampaiannya bisa saja melakukan elaborasi dengan memanfaatkan teknologi pendidikan yang mutakhir untuk membantu proses perkaderan di HMI.” ujar Dr. Mardianto.
Sedangkan Dr. Mustafa Kamal Rokan, M. H yang saat ini menjabat sebagai Wakil Dekan II FSH UIN-SU dan merupakan doktor lulusan Universitas Indonesia (UI) membawakan materi tentang NDP HMI : Dari Nilai ke Gerak.
Mustafa menjelaskan posisi NDP HMI saat ini sebagai nilai dasar yang harus dimiliki setiap kader seyogyanya ditasbih menjadi daya gerak.
\"Dasar Kapitalnya Karl Marx adalah contoh sukses nilai menjadi daya gerak. Yang perlu dipelajari dari Karl Mark tentu bukan terfokus pada isi pemikirannya namun pada model pemikiran yang menghasilkan gerakan atau daya gerak\", ujar Mustafa.
Kemudian hadir sebagai pembicara keempat, Dr. H. M. Syukri Albani Nasution, MA yang merupakan Sekretaris Umum MUI Kota Medan ini berbagi tentang Kajian Sufistik dalam NDP HMI.
Menurut Syukri pilihan kata jalan kesufian sebagai istilah upaya memperbaiki kehidupan sosial akan menjadi defenisi tersendiri untuk mensejajarkan peran HMI di medan juang.
\"Negara ini butuh pelakon yang tangguh dan aplikatif. Dimulai dari kemahiran membidik filsafat tujuan bernegara, menghubungkannya dengan peran HMI sebagai organisasi kemahasiswaan yang Islam dan Islami”, sebut Syukri.
Syurki berpendapat bahwa peran tersebut tidak boleh dimaknai sederhana, sebab Islam dan Islami menjadi ruh dasar perjuangan ke-HMI-an. Nilai Dasar Perjuangan HMI sambungnya, yang dirumuskan oleh Nurcholis Majid tidak boleh diterjemahkan secara doktrinal-konservatif. Sebab ruhnya adalah perubahan, dan merekayasa perubahan agar se-nilai dengan ruh perjuangan HMI menjadi cita-cita kita bersama dalam ber-HMI.
Pembicara terakhir, Dr. Azhari Akmal Tarigan, M. Ag yang merupakan Founder Bengkel NDP mengangkat isu tentang NDP dan Nilai-Nilai Universal tentang Keindonesiaan.
“Maraknya gerakan yang mencerminkan intoleransi antar sesama pemeluk agama, memaksa kita untuk kembali memikirkan arti kerukukan antar pemeluk agama yang telah dibangun jauh hari sebelumnya. Bangsa ini seolah kehilangan kesadaran sejarah bahkan kesadaran arti keindonesiaan, sehingga mereka melihat Indonesia hanya satu warna, satu agama dan hanya itu. Padahal Indonesia sejak dulunya adalah negeri yang plural.” imbuh Dr. Akmal.
Menurut Akmal, kesadaran bahwa Indonesia milik bersama dan karenanya harus dijaga bersama pula agar tetap utuh. Gunanya adalah agar negara ini menjadi tempat yang nyaman dan aman untuk dihuni setiap penduduk negeri tanpa ada yang merasa sebagai makhluk kelas dua.
Kegiatan tersebut semakin menarik karena dihadiri oleh kader HMI Cabang Medan, alumni HMI dari Cabang Medan, Binjai dan Langkat yang sangat antusias memberikan tanggapan dari pemaparan para pemateri. [R]
"/> 1983-1984 menyampaikan materi tentang Pancasila dalam Perspektif Keislaman dan keindonesiaan HMI.“Hubungan Islam dan negara di Indonesia, sejak sebelum kemerdekaan hingga sekarang masih menimbulkan persoalan yang belum terselesaikan, sehingga umat Islam dalam hubungannya dengan kehidupan bernegara selalu dicap sebagai anti NKRI, intoleran, dan radikal.” papar yang biasa disapa Bang Zahrin.
“Maka dewasa ini sambungnya, bagi HMI medan pertarungan saat ini tidak lagi pada apa dasar negara, melainkan sejauh mana HMI\'s Connection mampu memberi warna NDP pada Pancasila. Dengan begitu, kedudukan sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi titik sentral yang harus diisi oleh HMI dari perspektif NDP, sehingga sila-sila lain bersandar padanya.
Selanjutnya Dr. Mardianto, M. Pd yang merupakan Doktor jebolan Universitas Negeri Jakarta hadir sebagai pembicara kedua, memaparkan materi tentang NDP dalam Kaca Mata Perkaderan HMI dan Pemanfaatan Teknologi Pendidikan.
“Isi atau materi NDP bersifat sangat rigit dan ketat, namun dalam penyampaiannya bisa saja melakukan elaborasi dengan memanfaatkan teknologi pendidikan yang mutakhir untuk membantu proses perkaderan di HMI.” ujar Dr. Mardianto.
Sedangkan Dr. Mustafa Kamal Rokan, M. H yang saat ini menjabat sebagai Wakil Dekan II FSH UIN-SU dan merupakan doktor lulusan Universitas Indonesia (UI) membawakan materi tentang NDP HMI : Dari Nilai ke Gerak.
Mustafa menjelaskan posisi NDP HMI saat ini sebagai nilai dasar yang harus dimiliki setiap kader seyogyanya ditasbih menjadi daya gerak.
\"Dasar Kapitalnya Karl Marx adalah contoh sukses nilai menjadi daya gerak. Yang perlu dipelajari dari Karl Mark tentu bukan terfokus pada isi pemikirannya namun pada model pemikiran yang menghasilkan gerakan atau daya gerak\", ujar Mustafa.
Kemudian hadir sebagai pembicara keempat, Dr. H. M. Syukri Albani Nasution, MA yang merupakan Sekretaris Umum MUI Kota Medan ini berbagi tentang Kajian Sufistik dalam NDP HMI.
Menurut Syukri pilihan kata jalan kesufian sebagai istilah upaya memperbaiki kehidupan sosial akan menjadi defenisi tersendiri untuk mensejajarkan peran HMI di medan juang.
\"Negara ini butuh pelakon yang tangguh dan aplikatif. Dimulai dari kemahiran membidik filsafat tujuan bernegara, menghubungkannya dengan peran HMI sebagai organisasi kemahasiswaan yang Islam dan Islami”, sebut Syukri.
Syurki berpendapat bahwa peran tersebut tidak boleh dimaknai sederhana, sebab Islam dan Islami menjadi ruh dasar perjuangan ke-HMI-an. Nilai Dasar Perjuangan HMI sambungnya, yang dirumuskan oleh Nurcholis Majid tidak boleh diterjemahkan secara doktrinal-konservatif. Sebab ruhnya adalah perubahan, dan merekayasa perubahan agar se-nilai dengan ruh perjuangan HMI menjadi cita-cita kita bersama dalam ber-HMI.
Pembicara terakhir, Dr. Azhari Akmal Tarigan, M. Ag yang merupakan Founder Bengkel NDP mengangkat isu tentang NDP dan Nilai-Nilai Universal tentang Keindonesiaan.
“Maraknya gerakan yang mencerminkan intoleransi antar sesama pemeluk agama, memaksa kita untuk kembali memikirkan arti kerukukan antar pemeluk agama yang telah dibangun jauh hari sebelumnya. Bangsa ini seolah kehilangan kesadaran sejarah bahkan kesadaran arti keindonesiaan, sehingga mereka melihat Indonesia hanya satu warna, satu agama dan hanya itu. Padahal Indonesia sejak dulunya adalah negeri yang plural.” imbuh Dr. Akmal.
Menurut Akmal, kesadaran bahwa Indonesia milik bersama dan karenanya harus dijaga bersama pula agar tetap utuh. Gunanya adalah agar negara ini menjadi tempat yang nyaman dan aman untuk dihuni setiap penduduk negeri tanpa ada yang merasa sebagai makhluk kelas dua.
Kegiatan tersebut semakin menarik karena dihadiri oleh kader HMI Cabang Medan, alumni HMI dari Cabang Medan, Binjai dan Langkat yang sangat antusias memberikan tanggapan dari pemaparan para pemateri. [R]
"/>