Anak yang mengenyam pendidikan dari sekolah alam ini terjun kedunia penelitian awalnya tidak sengaja. Dari keinginan untuk mengembangkan diri dari karya fiksi ke non fiksi Azzam mulai meneliti hal-hal yang berkaitan dengan penelitiannya.
\"Pengembangan diri itu sangat penting, itu sebabnya saya juga membuat karya-karya yang bukan hanya fiksi saja tetapi juga berkarya dengan penelitian-penelitian yang bersifat non fiksi,\" ungkapnya.
Lebih lanjut anak pertama dari lima bersaudara ini menceritakan pengalaman pertamanya sebelum berkunjung ke Amerika dan dibimbing oleh trainer bernama Jamil Azzaini selama dua bulan sebelum berangkat ke Amerika, yang kemudian langsung mengkeritiknya sulit untuk tersenyum.
\"Pengalaman pertama yang tidak pernah saya lupakan saat itu adalah waktu saat dipandu oleh Jamil Azzaini selaku trainer yang menyuruh untuk tersenyum, hal itu sangat membekas dalam hidup saya,\" kata Azzam saat menceritakan pengalamannya kepada audiens yang hadir.
Dalam perjalanannya berkarya Azzam selalu menerapkan konsep Islam yang ada pada alquran dalam karya-karyanya. \"Alquran menjelaskan semua tentang informasi, apa pun yang saya kerjakan semua mengambil konsep dari alquran, meskipun dalam beberapa persentasi saya tidak menjelaskan konsep-konsep alquran tersebut,\" jelasnya.
Saat yang sama Azzam juga menjelaskan membangun komunikasi dengan orangtua itu sangat penting agar orangtua tau apa yang terjadi dan apa yang sedang kita alami.
\"Dirumah kami tidak boleh makan sendiri-sendir, makan itu harus bersama, melalui hal sederhana ini kami selalu berkomunikasi dan menceritakan apa saja untuk bertukar informasi,\" ungkapnya.
Pada acara tersebut juga hadir ibu kandung Azzam yaitu Laila Sari yang juga berkesempatan memberikan motivasi dan kiat-kiatnya dalam mendidik anak. \"Semua anak itu hebat, orangtua harus ikut terlibat dalam mendidik anak-anaknya,\" beber Laila.
Wanita paruh baya ini juga mengajak para orangtua untuk memberikan pelukan kepada anak-anaknya, bukan hanya pelukan fisik tetapi juga pelukan doa.
\"Azzam sampai saat ini masih saya peluk, dua pelukan yang terus saya berikan kepadanya yaitu pelukan secara fisik dan pelukan doa,\" ungkap ibu lima anak ini.
Pada kesempatan itu seorang audiens menanyakan kepada ibu illa sapaan akrab dari ibu Azzam tentang diusia berapa kita dapat menemukan bakat anak.
Pertanyaan tersebut langsung disambut ibu azzam dengan menjelaskan saat usia bhaliq lah anak mulai memunculkan bakat yang ada pada dirinya.
\"Kita harus sabar untuk menunggu bakat yang muncul dari diri anak kita, bakat itu muncul dimulai saat anak kita bhaliq,\" pungkasnya. [top]
" itemprop="description"/>
Anak yang mengenyam pendidikan dari sekolah alam ini terjun kedunia penelitian awalnya tidak sengaja. Dari keinginan untuk mengembangkan diri dari karya fiksi ke non fiksi Azzam mulai meneliti hal-hal yang berkaitan dengan penelitiannya.
\"Pengembangan diri itu sangat penting, itu sebabnya saya juga membuat karya-karya yang bukan hanya fiksi saja tetapi juga berkarya dengan penelitian-penelitian yang bersifat non fiksi,\" ungkapnya.
Lebih lanjut anak pertama dari lima bersaudara ini menceritakan pengalaman pertamanya sebelum berkunjung ke Amerika dan dibimbing oleh trainer bernama Jamil Azzaini selama dua bulan sebelum berangkat ke Amerika, yang kemudian langsung mengkeritiknya sulit untuk tersenyum.
\"Pengalaman pertama yang tidak pernah saya lupakan saat itu adalah waktu saat dipandu oleh Jamil Azzaini selaku trainer yang menyuruh untuk tersenyum, hal itu sangat membekas dalam hidup saya,\" kata Azzam saat menceritakan pengalamannya kepada audiens yang hadir.
Dalam perjalanannya berkarya Azzam selalu menerapkan konsep Islam yang ada pada alquran dalam karya-karyanya. \"Alquran menjelaskan semua tentang informasi, apa pun yang saya kerjakan semua mengambil konsep dari alquran, meskipun dalam beberapa persentasi saya tidak menjelaskan konsep-konsep alquran tersebut,\" jelasnya.
Saat yang sama Azzam juga menjelaskan membangun komunikasi dengan orangtua itu sangat penting agar orangtua tau apa yang terjadi dan apa yang sedang kita alami.
\"Dirumah kami tidak boleh makan sendiri-sendir, makan itu harus bersama, melalui hal sederhana ini kami selalu berkomunikasi dan menceritakan apa saja untuk bertukar informasi,\" ungkapnya.
Pada acara tersebut juga hadir ibu kandung Azzam yaitu Laila Sari yang juga berkesempatan memberikan motivasi dan kiat-kiatnya dalam mendidik anak. \"Semua anak itu hebat, orangtua harus ikut terlibat dalam mendidik anak-anaknya,\" beber Laila.
Wanita paruh baya ini juga mengajak para orangtua untuk memberikan pelukan kepada anak-anaknya, bukan hanya pelukan fisik tetapi juga pelukan doa.
\"Azzam sampai saat ini masih saya peluk, dua pelukan yang terus saya berikan kepadanya yaitu pelukan secara fisik dan pelukan doa,\" ungkap ibu lima anak ini.
Pada kesempatan itu seorang audiens menanyakan kepada ibu illa sapaan akrab dari ibu Azzam tentang diusia berapa kita dapat menemukan bakat anak.
Pertanyaan tersebut langsung disambut ibu azzam dengan menjelaskan saat usia bhaliq lah anak mulai memunculkan bakat yang ada pada dirinya.
\"Kita harus sabar untuk menunggu bakat yang muncul dari diri anak kita, bakat itu muncul dimulai saat anak kita bhaliq,\" pungkasnya. [top]
"/>
Anak yang mengenyam pendidikan dari sekolah alam ini terjun kedunia penelitian awalnya tidak sengaja. Dari keinginan untuk mengembangkan diri dari karya fiksi ke non fiksi Azzam mulai meneliti hal-hal yang berkaitan dengan penelitiannya.
\"Pengembangan diri itu sangat penting, itu sebabnya saya juga membuat karya-karya yang bukan hanya fiksi saja tetapi juga berkarya dengan penelitian-penelitian yang bersifat non fiksi,\" ungkapnya.
Lebih lanjut anak pertama dari lima bersaudara ini menceritakan pengalaman pertamanya sebelum berkunjung ke Amerika dan dibimbing oleh trainer bernama Jamil Azzaini selama dua bulan sebelum berangkat ke Amerika, yang kemudian langsung mengkeritiknya sulit untuk tersenyum.
\"Pengalaman pertama yang tidak pernah saya lupakan saat itu adalah waktu saat dipandu oleh Jamil Azzaini selaku trainer yang menyuruh untuk tersenyum, hal itu sangat membekas dalam hidup saya,\" kata Azzam saat menceritakan pengalamannya kepada audiens yang hadir.
Dalam perjalanannya berkarya Azzam selalu menerapkan konsep Islam yang ada pada alquran dalam karya-karyanya. \"Alquran menjelaskan semua tentang informasi, apa pun yang saya kerjakan semua mengambil konsep dari alquran, meskipun dalam beberapa persentasi saya tidak menjelaskan konsep-konsep alquran tersebut,\" jelasnya.
Saat yang sama Azzam juga menjelaskan membangun komunikasi dengan orangtua itu sangat penting agar orangtua tau apa yang terjadi dan apa yang sedang kita alami.
\"Dirumah kami tidak boleh makan sendiri-sendir, makan itu harus bersama, melalui hal sederhana ini kami selalu berkomunikasi dan menceritakan apa saja untuk bertukar informasi,\" ungkapnya.
Pada acara tersebut juga hadir ibu kandung Azzam yaitu Laila Sari yang juga berkesempatan memberikan motivasi dan kiat-kiatnya dalam mendidik anak. \"Semua anak itu hebat, orangtua harus ikut terlibat dalam mendidik anak-anaknya,\" beber Laila.
Wanita paruh baya ini juga mengajak para orangtua untuk memberikan pelukan kepada anak-anaknya, bukan hanya pelukan fisik tetapi juga pelukan doa.
\"Azzam sampai saat ini masih saya peluk, dua pelukan yang terus saya berikan kepadanya yaitu pelukan secara fisik dan pelukan doa,\" ungkap ibu lima anak ini.
Pada kesempatan itu seorang audiens menanyakan kepada ibu illa sapaan akrab dari ibu Azzam tentang diusia berapa kita dapat menemukan bakat anak.
Pertanyaan tersebut langsung disambut ibu azzam dengan menjelaskan saat usia bhaliq lah anak mulai memunculkan bakat yang ada pada dirinya.
\"Kita harus sabar untuk menunggu bakat yang muncul dari diri anak kita, bakat itu muncul dimulai saat anak kita bhaliq,\" pungkasnya. [top]
RMOLSumut. Azzam Habibullah remaja 17 tahun seorang penulis muda yang telah berkeliling tiga benua mengisi acara untuk berbagi pengalaman dan informasi di Seruput Kopi Cafe, jalan Perjuangan no 88 Medan Sunggal, Minggu (28/7/2019).
Anak jenius dan mempunyai bakat didunia literasi ini sudah menulis dan menerbitkan beberapa novel, diantaranya novel Laksana Bulan dan novel Search; Hidup adalah Tentang Mencari. "Berawal dari ketidak percaya akan informasi yang saya terima, dari situ saya mulai untuk memulai belajar mencari bacaan dan menulis serta meneliti," jelasnya.
Anak yang mengenyam pendidikan dari sekolah alam ini terjun kedunia penelitian awalnya tidak sengaja. Dari keinginan untuk mengembangkan diri dari karya fiksi ke non fiksi Azzam mulai meneliti hal-hal yang berkaitan dengan penelitiannya.
"Pengembangan diri itu sangat penting, itu sebabnya saya juga membuat karya-karya yang bukan hanya fiksi saja tetapi juga berkarya dengan penelitian-penelitian yang bersifat non fiksi," ungkapnya.
Lebih lanjut anak pertama dari lima bersaudara ini menceritakan pengalaman pertamanya sebelum berkunjung ke Amerika dan dibimbing oleh trainer bernama Jamil Azzaini selama dua bulan sebelum berangkat ke Amerika, yang kemudian langsung mengkeritiknya sulit untuk tersenyum.
"Pengalaman pertama yang tidak pernah saya lupakan saat itu adalah waktu saat dipandu oleh Jamil Azzaini selaku trainer yang menyuruh untuk tersenyum, hal itu sangat membekas dalam hidup saya," kata Azzam saat menceritakan pengalamannya kepada audiens yang hadir.
Dalam perjalanannya berkarya Azzam selalu menerapkan konsep Islam yang ada pada alquran dalam karya-karyanya. "Alquran menjelaskan semua tentang informasi, apa pun yang saya kerjakan semua mengambil konsep dari alquran, meskipun dalam beberapa persentasi saya tidak menjelaskan konsep-konsep alquran tersebut," jelasnya.
Saat yang sama Azzam juga menjelaskan membangun komunikasi dengan orangtua itu sangat penting agar orangtua tau apa yang terjadi dan apa yang sedang kita alami.
"Dirumah kami tidak boleh makan sendiri-sendir, makan itu harus bersama, melalui hal sederhana ini kami selalu berkomunikasi dan menceritakan apa saja untuk bertukar informasi," ungkapnya.
Pada acara tersebut juga hadir ibu kandung Azzam yaitu Laila Sari yang juga berkesempatan memberikan motivasi dan kiat-kiatnya dalam mendidik anak. "Semua anak itu hebat, orangtua harus ikut terlibat dalam mendidik anak-anaknya," beber Laila.
Wanita paruh baya ini juga mengajak para orangtua untuk memberikan pelukan kepada anak-anaknya, bukan hanya pelukan fisik tetapi juga pelukan doa.
"Azzam sampai saat ini masih saya peluk, dua pelukan yang terus saya berikan kepadanya yaitu pelukan secara fisik dan pelukan doa," ungkap ibu lima anak ini.
Pada kesempatan itu seorang audiens menanyakan kepada ibu illa sapaan akrab dari ibu Azzam tentang diusia berapa kita dapat menemukan bakat anak.
Pertanyaan tersebut langsung disambut ibu azzam dengan menjelaskan saat usia bhaliq lah anak mulai memunculkan bakat yang ada pada dirinya.
"Kita harus sabar untuk menunggu bakat yang muncul dari diri anak kita, bakat itu muncul dimulai saat anak kita bhaliq," pungkasnya. [top]
RMOLSumut. Azzam Habibullah remaja 17 tahun seorang penulis muda yang telah berkeliling tiga benua mengisi acara untuk berbagi pengalaman dan informasi di Seruput Kopi Cafe, jalan Perjuangan no 88 Medan Sunggal, Minggu (28/7/2019).
Anak jenius dan mempunyai bakat didunia literasi ini sudah menulis dan menerbitkan beberapa novel, diantaranya novel Laksana Bulan dan novel Search; Hidup adalah Tentang Mencari. "Berawal dari ketidak percaya akan informasi yang saya terima, dari situ saya mulai untuk memulai belajar mencari bacaan dan menulis serta meneliti," jelasnya.
Anak yang mengenyam pendidikan dari sekolah alam ini terjun kedunia penelitian awalnya tidak sengaja. Dari keinginan untuk mengembangkan diri dari karya fiksi ke non fiksi Azzam mulai meneliti hal-hal yang berkaitan dengan penelitiannya.
"Pengembangan diri itu sangat penting, itu sebabnya saya juga membuat karya-karya yang bukan hanya fiksi saja tetapi juga berkarya dengan penelitian-penelitian yang bersifat non fiksi," ungkapnya.
Lebih lanjut anak pertama dari lima bersaudara ini menceritakan pengalaman pertamanya sebelum berkunjung ke Amerika dan dibimbing oleh trainer bernama Jamil Azzaini selama dua bulan sebelum berangkat ke Amerika, yang kemudian langsung mengkeritiknya sulit untuk tersenyum.
"Pengalaman pertama yang tidak pernah saya lupakan saat itu adalah waktu saat dipandu oleh Jamil Azzaini selaku trainer yang menyuruh untuk tersenyum, hal itu sangat membekas dalam hidup saya," kata Azzam saat menceritakan pengalamannya kepada audiens yang hadir.
Dalam perjalanannya berkarya Azzam selalu menerapkan konsep Islam yang ada pada alquran dalam karya-karyanya. "Alquran menjelaskan semua tentang informasi, apa pun yang saya kerjakan semua mengambil konsep dari alquran, meskipun dalam beberapa persentasi saya tidak menjelaskan konsep-konsep alquran tersebut," jelasnya.
Saat yang sama Azzam juga menjelaskan membangun komunikasi dengan orangtua itu sangat penting agar orangtua tau apa yang terjadi dan apa yang sedang kita alami.
"Dirumah kami tidak boleh makan sendiri-sendir, makan itu harus bersama, melalui hal sederhana ini kami selalu berkomunikasi dan menceritakan apa saja untuk bertukar informasi," ungkapnya.
Pada acara tersebut juga hadir ibu kandung Azzam yaitu Laila Sari yang juga berkesempatan memberikan motivasi dan kiat-kiatnya dalam mendidik anak. "Semua anak itu hebat, orangtua harus ikut terlibat dalam mendidik anak-anaknya," beber Laila.
Wanita paruh baya ini juga mengajak para orangtua untuk memberikan pelukan kepada anak-anaknya, bukan hanya pelukan fisik tetapi juga pelukan doa.
"Azzam sampai saat ini masih saya peluk, dua pelukan yang terus saya berikan kepadanya yaitu pelukan secara fisik dan pelukan doa," ungkap ibu lima anak ini.
Pada kesempatan itu seorang audiens menanyakan kepada ibu illa sapaan akrab dari ibu Azzam tentang diusia berapa kita dapat menemukan bakat anak.
Pertanyaan tersebut langsung disambut ibu azzam dengan menjelaskan saat usia bhaliq lah anak mulai memunculkan bakat yang ada pada dirinya.
"Kita harus sabar untuk menunggu bakat yang muncul dari diri anak kita, bakat itu muncul dimulai saat anak kita bhaliq," pungkasnya. [top]