Dalam kampanye, Zelensky yang bisa berbahasa Rusia memanfaatkan frustrasi masyarakat Ukraina atas kepemimpinan petahana Petro Poroshenko dan mengkritik beberapa kebijakan anti-Moskow.
Tetapi pada saat yang sama dia mengatakan akan mempertahankan Ukraina pada jalur yang pro-Barat. Sehingga, arah kebijakan Ukraina terhadap Rusia di bawah kepemimpinan Zelensky nanti masih menjadi tanda tanya.
Kolesniko memperikirakan bahwa tindakan ceroboh bisa membuat harapan perbaikan hubungan Rusia-Ukraina pupus.
\"Tapi pernyataan ceroboh dari Putin atau Zelensky bisa menghentikan ini,\" jelasnya.
Sementara itu, analis Alexei Chesnakov, seorang mantan pejabat tinggi di partai mayoritas Rusia Bersatu, mengatakan, hubungan Rusia dan Ukraina akan bergantung pada apakah dan kapan Zelensky akan memicu pemilihan parlemen karena legislatif memiliki keputusan akhir atas banyak kebijakan mengenai Rusia.
Analis lain, Alexei Makarkin dari Pusat Teknologi Politik mengatakan Rusia seharusnya tidak melihat bahasa kampanye Zelensky yang relatif damai sebagai tanda bahwa dia akan merapat ke Rusia.
\"Bahwa dia tidak mengirimkan retorika yang keras, agresif dan anti-Rusia seperti Poroshenko hanya masalah citra dan tidak memainkan peran besar,\" jelasnya. [krm/rmol]
" itemprop="description"/>
Dalam kampanye, Zelensky yang bisa berbahasa Rusia memanfaatkan frustrasi masyarakat Ukraina atas kepemimpinan petahana Petro Poroshenko dan mengkritik beberapa kebijakan anti-Moskow.
Tetapi pada saat yang sama dia mengatakan akan mempertahankan Ukraina pada jalur yang pro-Barat. Sehingga, arah kebijakan Ukraina terhadap Rusia di bawah kepemimpinan Zelensky nanti masih menjadi tanda tanya.
Kolesniko memperikirakan bahwa tindakan ceroboh bisa membuat harapan perbaikan hubungan Rusia-Ukraina pupus.
\"Tapi pernyataan ceroboh dari Putin atau Zelensky bisa menghentikan ini,\" jelasnya.
Sementara itu, analis Alexei Chesnakov, seorang mantan pejabat tinggi di partai mayoritas Rusia Bersatu, mengatakan, hubungan Rusia dan Ukraina akan bergantung pada apakah dan kapan Zelensky akan memicu pemilihan parlemen karena legislatif memiliki keputusan akhir atas banyak kebijakan mengenai Rusia.
Analis lain, Alexei Makarkin dari Pusat Teknologi Politik mengatakan Rusia seharusnya tidak melihat bahasa kampanye Zelensky yang relatif damai sebagai tanda bahwa dia akan merapat ke Rusia.
\"Bahwa dia tidak mengirimkan retorika yang keras, agresif dan anti-Rusia seperti Poroshenko hanya masalah citra dan tidak memainkan peran besar,\" jelasnya. [krm/rmol]
"/>
Dalam kampanye, Zelensky yang bisa berbahasa Rusia memanfaatkan frustrasi masyarakat Ukraina atas kepemimpinan petahana Petro Poroshenko dan mengkritik beberapa kebijakan anti-Moskow.
Tetapi pada saat yang sama dia mengatakan akan mempertahankan Ukraina pada jalur yang pro-Barat. Sehingga, arah kebijakan Ukraina terhadap Rusia di bawah kepemimpinan Zelensky nanti masih menjadi tanda tanya.
Kolesniko memperikirakan bahwa tindakan ceroboh bisa membuat harapan perbaikan hubungan Rusia-Ukraina pupus.
\"Tapi pernyataan ceroboh dari Putin atau Zelensky bisa menghentikan ini,\" jelasnya.
Sementara itu, analis Alexei Chesnakov, seorang mantan pejabat tinggi di partai mayoritas Rusia Bersatu, mengatakan, hubungan Rusia dan Ukraina akan bergantung pada apakah dan kapan Zelensky akan memicu pemilihan parlemen karena legislatif memiliki keputusan akhir atas banyak kebijakan mengenai Rusia.
Analis lain, Alexei Makarkin dari Pusat Teknologi Politik mengatakan Rusia seharusnya tidak melihat bahasa kampanye Zelensky yang relatif damai sebagai tanda bahwa dia akan merapat ke Rusia.
\"Bahwa dia tidak mengirimkan retorika yang keras, agresif dan anti-Rusia seperti Poroshenko hanya masalah citra dan tidak memainkan peran besar,\" jelasnya. [krm/rmol]
"/>
RMOLSumut. Kemenangan komedian Volodymyr Zelensky dalam pemilu Ukraina membawa angin segar perbaikan hubungan negara itu dengan Rusia.
Hasil pemilu presiden putaran kedua awal pekan ini menunjukkan bahwa Zelensky mencetak kemenangan besar dengan mengantongi lebih dari 73 persen suara. Sementara pesaingnya, yakni petahana Petro Poroshenko tertinggal jauh di belakang dengan 24 persen suara.
Namun Rusia masih enggan mengucapkan selamat atas terpilihnya Zelensky dalam pemilu Ukraina.
Seorang analis dari think tank Carnegie Moskow, Andrei Kolesnikov menilai bahwa Rusia tidak memiliki strategi untuk masa depan hubungan Rusia-Ukraina karena kemenangan Zelensky benar-benar tidak terduga untuk Rusia.
"Ada beberapa harapan perubahan dalam hubungan Ukraina di Rusia sekarang," kata Kolesnikov seperti dimuat AFP.
Dalam kampanye, Zelensky yang bisa berbahasa Rusia memanfaatkan frustrasi masyarakat Ukraina atas kepemimpinan petahana Petro Poroshenko dan mengkritik beberapa kebijakan anti-Moskow.
Tetapi pada saat yang sama dia mengatakan akan mempertahankan Ukraina pada jalur yang pro-Barat. Sehingga, arah kebijakan Ukraina terhadap Rusia di bawah kepemimpinan Zelensky nanti masih menjadi tanda tanya.
Kolesniko memperikirakan bahwa tindakan ceroboh bisa membuat harapan perbaikan hubungan Rusia-Ukraina pupus.
"Tapi pernyataan ceroboh dari Putin atau Zelensky bisa menghentikan ini," jelasnya.
Sementara itu, analis Alexei Chesnakov, seorang mantan pejabat tinggi di partai mayoritas Rusia Bersatu, mengatakan, hubungan Rusia dan Ukraina akan bergantung pada apakah dan kapan Zelensky akan memicu pemilihan parlemen karena legislatif memiliki keputusan akhir atas banyak kebijakan mengenai Rusia.
Analis lain, Alexei Makarkin dari Pusat Teknologi Politik mengatakan Rusia seharusnya tidak melihat bahasa kampanye Zelensky yang relatif damai sebagai tanda bahwa dia akan merapat ke Rusia.
"Bahwa dia tidak mengirimkan retorika yang keras, agresif dan anti-Rusia seperti Poroshenko hanya masalah citra dan tidak memainkan peran besar," jelasnya. [krm/rmol]
RMOLSumut. Kemenangan komedian Volodymyr Zelensky dalam pemilu Ukraina membawa angin segar perbaikan hubungan negara itu dengan Rusia.
Hasil pemilu presiden putaran kedua awal pekan ini menunjukkan bahwa Zelensky mencetak kemenangan besar dengan mengantongi lebih dari 73 persen suara. Sementara pesaingnya, yakni petahana Petro Poroshenko tertinggal jauh di belakang dengan 24 persen suara.
Namun Rusia masih enggan mengucapkan selamat atas terpilihnya Zelensky dalam pemilu Ukraina.
Seorang analis dari think tank Carnegie Moskow, Andrei Kolesnikov menilai bahwa Rusia tidak memiliki strategi untuk masa depan hubungan Rusia-Ukraina karena kemenangan Zelensky benar-benar tidak terduga untuk Rusia.
"Ada beberapa harapan perubahan dalam hubungan Ukraina di Rusia sekarang," kata Kolesnikov seperti dimuat AFP.
Dalam kampanye, Zelensky yang bisa berbahasa Rusia memanfaatkan frustrasi masyarakat Ukraina atas kepemimpinan petahana Petro Poroshenko dan mengkritik beberapa kebijakan anti-Moskow.
Tetapi pada saat yang sama dia mengatakan akan mempertahankan Ukraina pada jalur yang pro-Barat. Sehingga, arah kebijakan Ukraina terhadap Rusia di bawah kepemimpinan Zelensky nanti masih menjadi tanda tanya.
Kolesniko memperikirakan bahwa tindakan ceroboh bisa membuat harapan perbaikan hubungan Rusia-Ukraina pupus.
"Tapi pernyataan ceroboh dari Putin atau Zelensky bisa menghentikan ini," jelasnya.
Sementara itu, analis Alexei Chesnakov, seorang mantan pejabat tinggi di partai mayoritas Rusia Bersatu, mengatakan, hubungan Rusia dan Ukraina akan bergantung pada apakah dan kapan Zelensky akan memicu pemilihan parlemen karena legislatif memiliki keputusan akhir atas banyak kebijakan mengenai Rusia.
Analis lain, Alexei Makarkin dari Pusat Teknologi Politik mengatakan Rusia seharusnya tidak melihat bahasa kampanye Zelensky yang relatif damai sebagai tanda bahwa dia akan merapat ke Rusia.
"Bahwa dia tidak mengirimkan retorika yang keras, agresif dan anti-Rusia seperti Poroshenko hanya masalah citra dan tidak memainkan peran besar," jelasnya. [krm/rmol]