Komda Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam, Ceperianus Gea menilai topografi moralitas Rocky Gerung saat ini curam dan berada pada posisi titik nadir terendah.
“Dari sisi keilmuan, Rocky Gerung ini hebat, bagi saya dia seorang guru dan panutan dalam mempelajari berbagai hal. Tetapi, dia lupa saat ini berada dimana, di lupa berasal dari daerah mana dan dia juga lupa nenek moyangnya siapa,” kata Ceperianus kepada wartawan, Jumat (4/8/2023).
Menurutnya, sesuai dengan sejarah perkembangan masyarakat Indonesia, seharusnya Rocky ini belajar tentang budaya dan adat sehingga dalam menyampaikan kritik mengedepankan adab.
“Filsafat itu mengandung dua hal yakni kritik dan otokritik. Artinya, sebelum dia mengkritik orang lain seharusnya dia terlebih dahulu melihat kekurangannya, apa yang dilakukannya dan bagaimana hasilnya, baru kemudian mengkritik orang lain yang tentunya dengan etika dan bermoral,”ujarnya.
Namun yang terjadi, sambung dia, Rocky ini sudah bertindak seperti malaikat yang tanpa memiliki kesalahan apapun.
“Ini yang saya maksudkan itu curam, dan terlalu kasar jika saya sebut dia (Rocky Gerung) a moral. Sebab, nenek moyang kita mengajarkan etika dan sopan santun kepada kita jika masih berada di republik ini,”terangnya.
Dia menyebut, kata Bajingan dan Tolol yang disampaikan oleh Rocky Gerung kepada Presiden Republik Indonesia sangat tidak pantas dan tidak layak, apalagi dia seorang akademisi. Meskipun dia menilai Presiden RI dalam mengelola bangsa ini memiliki sejumlah kekurangan, seharusnya disampaikan dengan cara yang elegan dan santun.
“Ada pepatah, guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Sebagai seorang akademisi mestinya Rocky Gerung ini memahami kultur dan adat ketimuran. Dalam beberap kesempatan, Rocky ini sering juga memposisikan dirinya seperti hakim bagi pikiran-pikiran orang lain dan terkesan memonopoli semua kebenaran itu, lalu menyimpulkan sendiri kebenaran itu hanya milik Rocky,”terangnya.
Filsafat, tambah dia, adalah sumber dari ilmu pengetahuan.
“Ini kata Rocky Gerung, dan memang itu benar. Jika demikian, Rocky Gerung ini melupakan kebudayaan. Sebab, dari semua filsuf-filsuf yang ada sebelumnya selalu mengedepankan etika. Galileo dan Galilei contohnya, dia seorang pastor yang menemukan teleskop. Dua filsuf ini menuliskan karyanya lewat bukunya bukan lewat pernyataanya yang kemudian menegasikan segala sesuatunya lalu menyimpulkan dan menyebut orang diluar dirinya sendiri Bajingan dan Tolol,” pungkasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved