Kejahatan terorganisir lintas negara atau transnational organized crime sedang berupaya menghancurkan Indonesia lewat peredaran narkoba.
Hal ini terlihat dari upaya-upaya penyeludupan narkoba yang semakin massif terjadi.
Demikian disampaikan pengamat hubungan internasional Teguh Santosa terkait pengungkapan penyeludupan narkoba seberat 1,1 ton ke Inonesia oleh Mabes polri.
"Pemerintah harus mengambil langkah yang tidak biasa-biasa saja," katanya, Selasa (15/6/2021).
Teguh menjelaskan peperangan seperti ini merupakan peperangan tidak simetris atau asymmetric warfare yang dilancarkan pihak lawan untuk menghancurkan Indonesia. Sama halnya saat perang opium yang dahulu pernah dilakukan oleh Eropa untuk menaklukkan China.
“Pada esensinya apa yang sedang kita hadapi ini adalah perang asimetris yang dilancarkan pihak lawan, entah siapapun mereka, untuk menghabisi generasi muda kita yang berarti mengikis masa depan Indonesia. Ini seperti opium war yang dilancarkan Eropa untuk menaklukkan China di masa lalu. Sekarang kita yang mengalaminya. Ini adalah perang. Begitulah seharusnya kita melihat persoalan ini,” ujarnya.
Keberhasilan Polri dalam menggagalkan peredaran 1,1 ton narkoba pada Senin (14/6/2021) kemarin menurut Teguh merupakan hal yang harus diapresiasi. Akan tetapi, data mengenai banyaknya narkoba yang masuk dalam tiga bulan terakhir yang disampaikan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo juga mengindikasikan lemahnya kemampuan negara menghadapi peperangan asimetris ini.
“Yang lima ton dalam tiga bulan itu kan yang berhasil digagalkan. Coba bayangkan, berapa yang tidak berhasil kita gagalkan?” ujar mantan Ketua Bidang Luar Negeri Pemuda Muhammadiyah ini.
Karena itu, menurut Teguh, juga sudah sewajarnya pemerintah Indonesia membangun rantai komando yang lebih solid dan terukur.
“BNN dan Polri menangani persoalan narkoba setelah memasuki wilayah hukum Indonesia. Sementara fungsi intelijen yang bekerja untuk mencegah tsunami narkoba menghantam negara kita masih kurang terdengar,” kata Teguh lagi.
Lembaga lain seperti Badan Intelijen Negara (BIN), Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Badan Keamanan Laut (Bakamla), dan Badan Intelijen Strategis (BAIS) Mabes TNI perlu diberi porsi yang signifikan dalam memerangi peredaran narkoba.
“Khususnya Bakamla yang menjaga wilayah perairan kita. Hampir semua serangan yang kita alami, termasuk serangan dalam bentuk narkoba, terjadi di laut dan atau melalui laut. Tidak bisa tidak, Bakamla harus memiliki kapasitas yang memadai untuk memukul mereka sebelum menyentuh daratan kita,” masih katanya.
Dia berharap, rantai komando yang solid untuk perang asimetris melawan narkoba ini dibangun dengan menyisihkan ego sektoral masing-masing lembaga.
“Banyak kisah sukses dan model yang dilakukan berbagai negara dalam membangun rantai komando khusus untuk memerangi narkoba. Kita bisa pelajari itu,” demikian Teguh Santosa.
© Copyright 2024, All Rights Reserved