- Luas Tanaman Eucalyptus di DTA Toba Sangat Kecil Pengaruhnya terhadap Fluktuasi Tinggi Muka Air Danau Toba
- Taman Edukasi Eucalyptus Segera Hadir Di Binjai
- Penanaman Pohon Eucalyptus, Ketua DPD KNPI Sumut El Adrianshah Apresiasi UKM Jurnalis
Baca Juga
Kepala Balai Besar penelitian Veteriner, Indi Dharmayanti, menjelaskan bahwa produk produk antivirus corona berbasis tanaman atsiri (eucalyptus) kini efektif digunakan setiap hari untuk menghindari virus corona.
Sebab hanya dengan 5-15 menit diinhalasi akan efektif bekerja sampai ke alveolus. Artinya dengan konsentrasi 1 persen saja sudah cukup membunuh virus 80-100 persen.
"Produk ini dapat melegakan saluran pernapasan, kemudian menghilangkan lendir, pengusir serangga, disinfektan luka, penghilang nyeri, mengurangi mual, dan mencegah penyakit mulut," kata Indi.
Indi menjelaskan, bahan aktif utamanya terdapat pada cineol-1,8 yang memiliki manfaat sebagai antimikroba dan antivirus melalui mekanisme M pro. M pro adalah main protease (3CLPro) dari virus corona yang menjadi target potensial dalam penghambatan replikasi virus corona.
Penelitian menunjukkan Eucalyptol ini berpotensi mengikat protein Mpro sehingga menghambat replikasi virus.
"Manfaat tersebut dapat terjadi karena 1,8 cineol dari eukaliptus disebut eucalyptol dapat berinteraksi dengan transient receptor potential ion chanel yang terletak di saluran pernapasan," katanya.
Kedepan, inovasi antivirus berbasis eukaliptus ini dapat menjadi harapan baru bagi masyarakat Indonesia untuk memanfaatkan eukaliptus dalam mencegah virus covid-19.
Sebelumnya, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Fadjry Djufry, menegaskan produk antivirus corona berbasis tanaman atsiri (eucalyptus) akan diproduksi massal melalui pihak swasta. Kementerian Pertanian (Kementan) hanya melakukan penelitian serta uji laboratorium saja.
"Kita sudah bekerja sama dengan beberapa perusahaan swasta dan mereka sepakat untuk memproduksi produk tersebut secara masal," kata Fadjry, dalam siaran persnya pada Sabtu 4 Juli 2020.
Seperti diketahui, dalam proses produksinya, Balitbangtan sudah menggandeng PT Eagle Indo Pharma untuk membantu memasarkannya ke masyarakat luas. Perusahaan swasta tersebut juga tidak asing lantaran sudah melakukan produk seperti minyak kayu putih.
Tidak hanya dalam negeri saja, Balitbangtan tengah melakukan pendekatan kerja sama dengan mitra asing seperti perusahaan farmasi dari Jepang, Kobayashi dan Aptar Pharma dari Rusia. Kedua perusahaan tersebut sudah memiliki cakupan pemasaran di berbagai negara mulai dari Asia Tenggara, China, Jepang, AS, Rusia hingga Eropa.
"Saya harap kerja sama yang kami coba lakukan ini bisa mempercepat produksi massal produk antivirus itu demi memenuhi permintaan masyarakat luas. Sehingga paling tidak kita bisa berkontribusi juga terhadap penekanan penyebaran Covid-19," katanya.
Sebagai informasi, produk antivirus tersebut tersedia dalam berbagai bentuk seperti inhaler, roll on, salep, balsem, dan diffuser.
Di Kota Medan sendiri, Koperasi Jurnalis Mandiri juga sudah mulai mengembangkan beberapa produk sabun berbahan minyak Atsiri yang merupakan sulingan dari eukaliptus.
Berbasis penelitian yang dilakukan berbagai pihak, serta melalui berkali kali ujicoba, produk sabun mandi batangan dan sabun cair, sudah berhasil diproduksi dan kini siap untuk dipasarkan. Ketua Koperasi Jurnalis Mandiri, Fachrudin Pohan menyebutkan, pohon eukaliptus banyak di Sumatera Utara. Baik itu milik perkebunan PT Toba Pulp Lestari, maupun tanaman rakyat. Sehingga sumatera tidak akan kekuangan bahan baku.
"Berdasarkan hasil penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), maupun Balai Besar Penelitian Veteriner, maka produk sabun yang kami hasilkan, manfaatnya juga sangat besar dalam mencegah Covid-19," pungkas Fachrudin Pohan.
- Luas Tanaman Eucalyptus di DTA Toba Sangat Kecil Pengaruhnya terhadap Fluktuasi Tinggi Muka Air Danau Toba
- Taman Edukasi Eucalyptus Segera Hadir Di Binjai
- Miris, Corona Bikin Rakyat Sengsara Tapi Jadi 'Berkah' Koruptor