Sistem pendidikan yang dilaksanakan semasa pandemi tidak pernah dievaluasi.
Ironisnya formulasi dan rumusan baru terus dikeluarkan untuk mensiasati proses belajar mengajar di masa darurat Covid 19.
Hal itu disampaikan aktivis literasi Kota Medan, Hujan Tarigan dalam acara peluncuran buku "Lukisan Satu Miliar" yang diterbitkan Komunitas Baca Kota Cerdas (KBKC) bekerja sama dengan Pertamina Lubricants, Jumat (21/1) di sekretariat KBKC, Binjai.
"Tau-tau ada aplikasi, tau-tau hilang, tau-tau ada lagi, tak pernah ada evaluasi, terus-terusan percobaan," kata Hujan dalam diskusi "Menguatkan Pendidikan Kota Binjai" .
Dikatakan Hujan, tolok ukur keberhasilan dari sistem belajar darurat covid mestinya bisa dideteksi.
"Kalau kita tak mau disebut gagal dalam berdigital. Era disrupsi ini tak terelakkan, meski ada atau tidaknya pandemi. Tapi bukan berarti anak sekolah jadi percobaan tanpa tolok ukur keberhasilan yang jelas. Ini mau sampai kapan?" kritik Hujan.
Pernyataan penulis buku "Cerita Orang Kalah" ini didasarkan pada pengalamannya ketika menjadi juri sayembara menulis tingkat sekolah di masa pandemi.
"Prihatin ketika membaca hasil penulisan peserta. Ada yang hilang dalam mata rantai sistem pendidikan kita, yang agaknya itu tak tergantikan dengan sistem dan teknologi yang canggih," tandasnya.
Acara yang digagas KBKC itu dibuka oleh inisiator Komunitas Literasi KBKC Binjai, Syamsul Agus dan dihadiri sejumlah tokoh. Diantaranya Ketua MD KAHMI Binjai Herry Dani, Ketua PGRI Binjai Muhammad Nur, Ketua KPU Binjai Zulfan Effendi dan banyak aktivis gerakan literasi.
© Copyright 2024, All Rights Reserved