Hasil Panen Naik, Petani Organik Batangtoru ‘Tatap’ Pasar Modern Hingga ke Medan

Petani Organik binaan PT Agincourt Resources menyemprotkan Ecoenzym sebagai pengganti pestisida pada tanaman padi di Desa Napa, Kecamatan Batangtoru, Tapanuli Selatan/RMOLSumut
Petani Organik binaan PT Agincourt Resources menyemprotkan Ecoenzym sebagai pengganti pestisida pada tanaman padi di Desa Napa, Kecamatan Batangtoru, Tapanuli Selatan/RMOLSumut

Petani organik dari Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli mulai memproyeksikan penjualan hasil pertanian mereka hingga hingga ke pusat perbelanjaan modern di Sumatera Utara.


Salah satu market yang mereka targetkan yakni mengisi kebutuhan produk organik di Kota Medan.

Proyeksi ini disampaikan Rajab Pulungan salah seorang petani padi yang tergabung dalam kelompok tani Koperasi Griya Upatondi di Desa Napa, Kecamatan Batangtoru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.

“Kita mengharapkan pasar yang lebih luas hingga ke Medan,” kata Rajab Pulungan, Rabu (1/2/2023).

Sosok yang kini menjabat sekretaris pada koperasi binaan PT Agincourt Resources (AR) ini menjelaskan, bertani dengan menerapkan sistem pertanian organik sudah mereka mulai sejak tahun 2017 lalu. Dengan didampingi para ahli yang didatangkan oleh perusahaan tambang emas tersebut, mereka belajar mengolah pupuk organik untuk menggantikan pupuk kimia dan bahan-bahan kimia lainnya yang selama ini mereka gunakan.

“Awalnya hasil panen kami turun, makanya waktu itu banyak yang kemudian mundur dari sistem pertanian organik. Namun, PT AR tetap memotivasi kami dengan mendatangkan para ahli sebagai tenaga pendamping. Seiring waktu, hasil panen kami semakin bertambah,” ujarnya.

Pertambahan hasil panen ini membuat 18 keluarga petani yang bertahan dengan sistem pertanian organik semakin bersemangat. Apalagi, pada sisi lain hasil pertanian organik mereka dihargai dengan nominal yang lebih tinggi dibandingkan hasil pertanian konvensional atau menggunakan pupuk dan pestisida.

“Sekarang ini hasil panen kami sudah menyamai hasil dari pertanian konvensional. Artinya dari sisi harga kami sekarang sudah lebih untung. Karena biaya untuk produksi dengan metode pertanian organik ini lebih murah dibanding metode konvensional. Sekarang 1 sak pupuk kimia bisa mencapai 1 juta, sedangkan untuk kebutuhan satu hektar bisa sampai 5 sak,” ungkapnya.

Sejauh ini kata Rajab, PT AR masih tetap memberikan perhatian besar kepada kelompok tani mereka. Salah satunya dari sisi marketing dimana karyawan perusahaan tersebut selalu menjadi penampung beras hasil panen mereka. Selain itu, mereka juga selalu mendapat edukasi mengenai nilai positif dari penerapan pertanian organik.

“Kami diberikan kesadaran bahwa pertanian organik ini tidak hanya menghasilkan beras dengan harga tinggi dan sehat, namun kami juga diberi kesadaran mengenai pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan. Konsepnya sederhana, hama di sawah ini akan habis jika hewan pemangsanya tidak musnah akibat penggunaan pestisida. Konsep seperti itu yang kita terapkan disini makanya lingkungan disini menjadi asri,” pungkasnya.

Total lahan yang kini dikelola oleh Koperasi Griya Upatondi menjadi 5 hektar. Setiap tahun mereka panen sebanyak 2 kali dengan jumlah produksi mencapai 3 ton per hektarnya.