Mahalnya harga kacang kedelai impor membuat pengusaha tempe di Kota Medan mengalami kesusahan. Untuk mencegah kerugian mereka bahkan harus memperkecil ukuran tempe hasil produksinya dan memangkas gaji para karyawan.
Salah seorang pengusaha tempe Adhe Putri Laviningsih mengatakan kebijakan ini mereka lakukan untuk menghindari usahanya gulung tikar akibat mahalnya bahan baku untuk memproduksi tempe tersebut.
"Kalau di sini kalau untungnya sedikit. Mahal semua jadi pendapat tidak seperti sebelumnya 25 persen kurangnya," katanya saat ditemui di pabrik tempe miliknya di Jalan Pintu Air Empat, Gang Nabar, Kelurahan Kuala Bekala, Kecamatan Medan Johor, Senin (4/1).
Adhe menjelaskan, saat ini harga Kedelai impor mereka beli dengan harga Rp 9.200 per kilogram. Harga ini naik dari sebelumnya yakni Rp 7.800 per kilogram. Kenaikan harga ini sangat mempengaruhi modal produksi sebab mereka membutuhkan sekitar 600 hingga 650 kg kacang kedelai setiap harinya.
"Untuk ukuran tempe juga sudah kita coba perkecil tapi itupun sulit karena pelanggan yang beli jadi protes, ukuran yang paling kecil kita kurangi jadi 0,7 ons," sebutnya.
Ditambahkannya, tempe yang mereka produksi di pasarkan pada 8 pasar tradisional di Kota Medan seperti Pasar Sikambing, Pasar MMTC di kawasan Pancing, Pasar Simpang Limun, Pusat Pasar, Pasar Palapa Brayan Pasar Cemara, Pasar Inpres Kuala Bekala dan Pasar 5 Padang Bulan. Kedepannya, ia pesimis mampu terus berproduksi memenuhi kebutuhan tempe jika harga kedelai terus naik.
"Kami berharap pemerintah turun tangan untuk menangani persoalan harga kedelai ini, agar ekonomi masyarakat tetap bisa berjalan," pungkasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved