“Kenapa ini hal serius? Karena begitu masa panen, masuk impor beras dari Thailand. Sehingga harga (di petani) jadi murah. Padahal biaya produksi mahal. Maka itu, kita harus siapkan langkah untuk memakmurkan petani kita, tidak bisa kita kecilkan pertanian,” sebut Edy Rahmayadi, didampingi Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Dahler Lubis.
Akibat impor itu pula, secara tidak langsung menyebabkan banyaknya masyarakat petani beralih profesi menjadi buruh dan meninggalkan lahan pertanian. Dampak jangka panjangnya adalah, alih fungsi lahan pertanian menjadi kegunaan lain.
“Saya pernah bertanya, kenapa bawang kita sedikit? Alasannya karena (pasokan) dari Brebes kurang akibat lahan kering. Padahal lebih subur tanah di Sumut. Makanya saya minta ini (pertanian) diseriusi,” lanjut Gubernur.
Gubernur pun menekankan agar produksi pertanian dari Sumut terus meningkat. Sehingga, jika selama ini banyak pengiriman tenaga kerja ke Malaysia, bisa diganti dengan pengiriman hasil pertanian yang menjanjikan bagi perekonomian rakyat.
“Kita harus kolaborasi antara Pemprov dengan petani jika tidak ingin petani dirugikan. Yang penting juga, jangan mengalihkan fungsi lahan dari pertanian ke yang lain. Kalau irigasi dan embung kurang, kita bangun,” jelas Edy.
Selain itu, Edy juga berharap para lulusan atau sarjana pertanian, bisa diberdayakan (diberikan penyuluhan) untuk memajukan pertanian di Sumut. Sehingga pada waktunya, para insinyur yang memiliki ilmu dan kemampuan nantinya, siap terjun ke masyarakat.
“Saya tunggu apa yang kalian kerjakan. Yang harus kita lakukan, membangun desa menata kota,” pungkasnya.[R]
" itemprop="description"/>“Kenapa ini hal serius? Karena begitu masa panen, masuk impor beras dari Thailand. Sehingga harga (di petani) jadi murah. Padahal biaya produksi mahal. Maka itu, kita harus siapkan langkah untuk memakmurkan petani kita, tidak bisa kita kecilkan pertanian,” sebut Edy Rahmayadi, didampingi Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Dahler Lubis.
Akibat impor itu pula, secara tidak langsung menyebabkan banyaknya masyarakat petani beralih profesi menjadi buruh dan meninggalkan lahan pertanian. Dampak jangka panjangnya adalah, alih fungsi lahan pertanian menjadi kegunaan lain.
“Saya pernah bertanya, kenapa bawang kita sedikit? Alasannya karena (pasokan) dari Brebes kurang akibat lahan kering. Padahal lebih subur tanah di Sumut. Makanya saya minta ini (pertanian) diseriusi,” lanjut Gubernur.
Gubernur pun menekankan agar produksi pertanian dari Sumut terus meningkat. Sehingga, jika selama ini banyak pengiriman tenaga kerja ke Malaysia, bisa diganti dengan pengiriman hasil pertanian yang menjanjikan bagi perekonomian rakyat.
“Kita harus kolaborasi antara Pemprov dengan petani jika tidak ingin petani dirugikan. Yang penting juga, jangan mengalihkan fungsi lahan dari pertanian ke yang lain. Kalau irigasi dan embung kurang, kita bangun,” jelas Edy.
Selain itu, Edy juga berharap para lulusan atau sarjana pertanian, bisa diberdayakan (diberikan penyuluhan) untuk memajukan pertanian di Sumut. Sehingga pada waktunya, para insinyur yang memiliki ilmu dan kemampuan nantinya, siap terjun ke masyarakat.
“Saya tunggu apa yang kalian kerjakan. Yang harus kita lakukan, membangun desa menata kota,” pungkasnya.[R]
"/>“Kenapa ini hal serius? Karena begitu masa panen, masuk impor beras dari Thailand. Sehingga harga (di petani) jadi murah. Padahal biaya produksi mahal. Maka itu, kita harus siapkan langkah untuk memakmurkan petani kita, tidak bisa kita kecilkan pertanian,” sebut Edy Rahmayadi, didampingi Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Dahler Lubis.
Akibat impor itu pula, secara tidak langsung menyebabkan banyaknya masyarakat petani beralih profesi menjadi buruh dan meninggalkan lahan pertanian. Dampak jangka panjangnya adalah, alih fungsi lahan pertanian menjadi kegunaan lain.
“Saya pernah bertanya, kenapa bawang kita sedikit? Alasannya karena (pasokan) dari Brebes kurang akibat lahan kering. Padahal lebih subur tanah di Sumut. Makanya saya minta ini (pertanian) diseriusi,” lanjut Gubernur.
Gubernur pun menekankan agar produksi pertanian dari Sumut terus meningkat. Sehingga, jika selama ini banyak pengiriman tenaga kerja ke Malaysia, bisa diganti dengan pengiriman hasil pertanian yang menjanjikan bagi perekonomian rakyat.
“Kita harus kolaborasi antara Pemprov dengan petani jika tidak ingin petani dirugikan. Yang penting juga, jangan mengalihkan fungsi lahan dari pertanian ke yang lain. Kalau irigasi dan embung kurang, kita bangun,” jelas Edy.
Selain itu, Edy juga berharap para lulusan atau sarjana pertanian, bisa diberdayakan (diberikan penyuluhan) untuk memajukan pertanian di Sumut. Sehingga pada waktunya, para insinyur yang memiliki ilmu dan kemampuan nantinya, siap terjun ke masyarakat.
“Saya tunggu apa yang kalian kerjakan. Yang harus kita lakukan, membangun desa menata kota,” pungkasnya.[R]
"/>