Ketika tarian tango diaplikasikan ke lapangan hijau, memadukan kesenian dan filosofi di tiap taktik. Memabukan sekaligus memikat.
Ada sederet nama mulai dari Cesar Menotti, pelatih yang membawa juara Dunia bagi Albiceleste, Tim putih biru tahun 1978, ada Carlos Bilardo tahun 1986 dengan pemain Diego Maradona jadi juara tahun 1986, Alfo Basile, juara Copa 1991 dan 1993, Alejandro Sabella yang membawa Tim Tango di urutan dua tahun 2014. Sekarang ada pelatih termuda Piala Dunia Lionel Scaloni, kelahiran 16 Mei 1978.
Bagi Menotti, sepakbola bukan sekedar kemenangan. Di dalamnya terdapat semangat kebebasan berekspresi, keindahan yang melekat dengan perjuangan. Dan bagi Bilardo, yang lebih pragmatis, menjadi juara tidak bisa ditawar lagi. "Kita harus berpikir bagaimana caranya menjadi juara, bagi saya runner-up tetaplah kegagalan", Baginya kemenangan adalah segalanya.
Lalu ada Sabella yang mementingkan keseimbangan antara bertahan dan menyerang. Di bawah asuhannya, La Celeste lebih nyaman bermain reaktif, menunggu untuk memanfaatkan kelengahan lawan yang dibiarkan asyik menyerang. Sayang pemain kuncinya cedera dan tidak optimal. Penyerang Higuain, Kun Aquero serta Di Maria tidak 'perform' saat laga lawan Jerman di final Brasil 2014
Wajah Albiceleste lebih defensif saat dipegang Scaloni, bermain aman di lini belakang dengan bek tengah senior Otamendi diapit oleh Lisandra Martinez atau Cuti Romero dengan skema 4-3-3 yang cair dengan pola lawan dan bisa berubah menjadi 5-3-2 atau 3-4-3. Sewaktu lawan Belanda, Scaloni menduplikasi pola Van Gaal dengan memasang 3-5-2, memasang lima bek mengakibatkan Tim Oranye kesulitan menembus batu karang pertahanan Argentina. Saat hadapi Kroasia kembali ke pola standar mereka. Gelandang agresif menjadi motor penggerak melalui Rodrigo De Paul, Alexis Mac Allister serta Enzo Fernandez serta gerakan dari winger Acuna dan Molina. Penyerang muda yang temukan sinar terang di Qatar 2022 Julian Alvarez. Messi tetap sebagai 'Trequartista', yaitu berada di ¾ tempat lapangan daerah lawan, menginisiasi serangan, menemukan ruang, mengirim umpan kunci dan dapat mencetak gol. 'Trequartista' adalah posisi bukan peran. Messi adalah 'fantasista', pemain yang jadi pusat perhatian. Lihat bagaimana ia melewati garis pinggir lapangan dan menggelabui bek bertopeng Kroasia, Josko Gvardiol dan mengumpan bola lewat celah kakinya ke Alvarez dan tercipta gol penutup kemenangan Argentina atas Kroasia.
Dalam bahasa Menotti, "Apa yang dilakukan Messi menakutkan, itu sihir yang tak terlupakan, anda tidak bisa menganalisanya. " Laga Piala Dunia ini adalah yang terakhir bagi Messi. Ia telah menempuh jalan panjang, kegagalan di dua final Copa dan satu final Piala Dunia membuatnya menyadari bahwa ia tidak bisa sendirian dan butuh Tim yang kuat untuk mewujudkan mimpinya, beruntung sekali ini ia miliki tim pelatih yang bagus yang berhasil mengubah orientasi ketergantungan tim pada Messi seorang serta rekan pemain gabungan senior dan generasi muda yang siap berjuang dan mendukung penuh Messi.
Bagi Messi dan Angel Di Maria, ini adalah perjuangan akhir mereka di timnas menggapai impian dan buat seisi dunia bergetar sejenak. La Pulga, Messi hanya berharap semesta mendukung. Mempersembahkan tambahan satu tanda bintang menjadi tiga * di kaos Albiceleste.
Bagi Argentina, menjadi pesepakbola berarti menjadi juru bahasa istimewa tentang membawa perasaan dan impian jutaan orang. Sungguh ada suatu keindahan yang luar biasa bisa melihat pemain terbaik dunia di eranya menggondol Piala Dunia di ujung karir. Bukan hanya satu trophy tapi suatu penghargaan baginya atas segala peragaan seni bermain bola yang telah disuguhkan pada penggemar selama ini.
Penggemar Sepakbola Gol Indah
© Copyright 2024, All Rights Reserved