Nama Gresysia Polii tentu sangat populer di Indonesia bahkan dunia. Hal ini karena kiprahnya selama puluhan tahun di dunia olah raga bulu tangkis.
Olah raga yang resmi mulai dipertandingkan di Olimpiade Barcelona tahun 1992 itu kini seolah menjelma menjadi olah raga favorit di berbagai negara di luar Asia dan Eropa.
Saat ini, saya sangat berkeyakinan jika nama Greysia Polii merupakan nama yang sangat disanjung di Indonesia untuk saat ini. Rekor baru meraih medali emas yang diukirnya bersama Apriyani Rahayu di ajang Olimpiade Tokyo 2020 membuat namanya disanjung tinggi. Apalagi, pasangan ini pada awalnya sama sekali tidak dianggap mampu membuat lagu Indonesia Raya berkumandang di Musashino Forest Plaza, tempat digelarnya pertandingan cabang olah raga bulu tangkis. Namun fakta berkata lain, babak-demi babak mereka lalui hingga akhirnya mendapatkan medali emas pada ajang olahraga dengan prestise tertinggi dunia tersebut.
Namun demikian, fakta juga berbicara bahwa Greysia Polii pernah mempunyai punya catatan hitam di Olimpiade. Untuk urusan dunia olah raga bahkan aksinya merupakan hal yang dianggap paling memalukan, yaitu kala ia dan pasangannya Meiliana Jauhari terlibat pengaturan skor di Olimpiade London 2012.
Saat itu, Greysiaa/Meiliana dan lawannya dari Korea Selatan Ha Jung Eun/Kim Min Jung didiskualifikasi karena dianggap sengaja mengalah demi menghindari ganda putri asal China di babak perempat final. Federasi bulu tangkis dunia BWF bahkan mengambil langkah tegas lainnya dengan memberikan larangan bertanding hingga 4 bulan bagi mereka. Saat itu, rakyat Indonesia menangis. Catatan buruk juga ditorehkan dengan patahnya tradisi emas Olimpiade yang selalu didapatkan Indonesia sejak Olimpiade Barcelona 1992.
Greysia mendapatkan banyak olok-olok. Ia dihina dan dicemooh. Dianggap tidak sportif karena mengabaikan nilai-nilai Olimpis. Beberapa orang kemudian menyamakan skandal Greysia Polii dengan skandal pengaturan skor di Liga Italia yang terkuak di tahun 2006 yang kita kenal dengan istilah Calciopoli.
Kini, 9 tahun berselang sejak Olimpiade London 2012, Greys sapaan akrab Greysia Polii bangkit. Membuktikan bahwa ia tidak takut pada lawan manapun termasuk ganda China. Faktanya di final mereka menghajar Chen Qing Chen/Jia Yi Fan yang notabene lebih diunggulkan.
Raihan emas Greys ini sekaligus memulihkan namanya dari tragedi Olimpiade London 2012. Mengutip tulisan rekan saya Anwar Saragih ini menjadi hal yang dramatis dan heroik. Layaknya skandal pengaturan skor (totonero) yang pernah terjadi di Italia tahun 1982 yang melibatkan striker italia Paolo Rossi, namun Italia tetap mampu juara di Piala Dunia Spanyol 1982 atau skandal pengaturan skor (Calciopoli) yang terkuak di tahun 2006 tapi Italia tetap mampu juara di Piala Dunia Jerman 2006.
Bedanya, Greysia tidak melakukannya ditahun yang sama dengan kesalahan yang dilakukan tapi dibalaskan 9 tahun sesudahnya yaitu 2021.
Sebagian atlet besar pernah punya catatan kelam dalam olahraga. Diego Maradona dengan tangan tuhannya jelas melakukan tindakan tidak terpuji namun ia tetap diingat sebagai yang terbesar di Argentina.
Atau Paolo Rossi yang terlibat pengaturan skor namun tetap diingat sebagai legenda sejati Italia. Mungkin Zidane yang pernah menanduk Marco Materazzi di Final Piala Dunia 2006, namun jasanya membawa Prancis menjuarai Piala dunia 1998 dan Piala Eropa 2000 tetap diingat sampai kapanpun.
Greysia, terima kasih. Anda adalah legenda Indonesia. Pahlawan Olahraga kami.***
© Copyright 2024, All Rights Reserved