Hal ini disampaikan pengamat politik Universitas Sumatera Utara (USU) Faisal Mahrawa dalam diskusi bertajuk \"Kombur Milenial \'Saatnya Yang Muda Unjuk Karya dan Mengabdi\" di Warkop Gelas Batu, Rantau Prapat, Senin (25/11).
Mahrawa menyebutkan hingga saat ini masih ada keengganan dari generasi sebelumnya memberikan panggung kepada kaum muda.
\"Ada keengganan dari generasi sebelumnya untuk memberi ruang bagi anak muda. Tapi, semakin mereka dihambat dan dikekang, saya yakin mereka akan menemukan jalannya sendiri. Untuk mengkonsolidasikan diri,\" katanya.
Faisal menjelaskan, generasi muda atau kaum milenial harus diberi ruang untuk ikut berperan dalam berbagai aspek terutama dalam pemerintahan. Jalan menuju hal itu tentunya dengan membangun kesadaran politik.
\"Tanpa kesadaran politik mereka juga tidak akan fokus dalam menggagas Indonesia di masa depan. Yang ada justru mereka akan memikirkan diri sendiri. Dalam hal ini juga yang senior harus memberi dukungan dan ketauladanan,\" ungkapnya.
Perubahan dengan dukungan dari kaum milenial menurut Faisal menjadi hal yang akan positif sepanjang hal tersebut dibangun dengan adanya kesadaran politik pada kalangan kaum milenial tersebut.
\"Itulah mengapa upaya-upaya memberikan kesadaran politik itu harus diterapkan kepada kaum milenial. Bukan hanya kepedulian politik, namun juga harus dibangun bentuk-bentuk kepedulian dalam aspek lain kepada mereka. Saat ini kesadaran politik sudah muncul yang dipicu keresahan atas aksi Money Politics,\" demikian Faisal Mahrawa.
Kombur Milenial ini menghadirkan beberapa narasumber diantaranya Teguh Santosa yang merupakan dosen UIN Syarif Hidayatullah yang juga Anggota Dewan Kehormatan PWI Pusat; Rahman Kamal Siregar Co Founder Labuhanbatu Institute; Muhammad Riduan Dalimunthe selaku Direktur Eksekutif Labuhanbatu Institute, Budiono dari kalangan pegiat sosial dan beberapa tokoh milenial dari Labuhan Batu lainnya.
" itemprop="description"/>Hal ini disampaikan pengamat politik Universitas Sumatera Utara (USU) Faisal Mahrawa dalam diskusi bertajuk \"Kombur Milenial \'Saatnya Yang Muda Unjuk Karya dan Mengabdi\" di Warkop Gelas Batu, Rantau Prapat, Senin (25/11).
Mahrawa menyebutkan hingga saat ini masih ada keengganan dari generasi sebelumnya memberikan panggung kepada kaum muda.
\"Ada keengganan dari generasi sebelumnya untuk memberi ruang bagi anak muda. Tapi, semakin mereka dihambat dan dikekang, saya yakin mereka akan menemukan jalannya sendiri. Untuk mengkonsolidasikan diri,\" katanya.
Faisal menjelaskan, generasi muda atau kaum milenial harus diberi ruang untuk ikut berperan dalam berbagai aspek terutama dalam pemerintahan. Jalan menuju hal itu tentunya dengan membangun kesadaran politik.
\"Tanpa kesadaran politik mereka juga tidak akan fokus dalam menggagas Indonesia di masa depan. Yang ada justru mereka akan memikirkan diri sendiri. Dalam hal ini juga yang senior harus memberi dukungan dan ketauladanan,\" ungkapnya.
Perubahan dengan dukungan dari kaum milenial menurut Faisal menjadi hal yang akan positif sepanjang hal tersebut dibangun dengan adanya kesadaran politik pada kalangan kaum milenial tersebut.
\"Itulah mengapa upaya-upaya memberikan kesadaran politik itu harus diterapkan kepada kaum milenial. Bukan hanya kepedulian politik, namun juga harus dibangun bentuk-bentuk kepedulian dalam aspek lain kepada mereka. Saat ini kesadaran politik sudah muncul yang dipicu keresahan atas aksi Money Politics,\" demikian Faisal Mahrawa.
Kombur Milenial ini menghadirkan beberapa narasumber diantaranya Teguh Santosa yang merupakan dosen UIN Syarif Hidayatullah yang juga Anggota Dewan Kehormatan PWI Pusat; Rahman Kamal Siregar Co Founder Labuhanbatu Institute; Muhammad Riduan Dalimunthe selaku Direktur Eksekutif Labuhanbatu Institute, Budiono dari kalangan pegiat sosial dan beberapa tokoh milenial dari Labuhan Batu lainnya.
"/>Hal ini disampaikan pengamat politik Universitas Sumatera Utara (USU) Faisal Mahrawa dalam diskusi bertajuk \"Kombur Milenial \'Saatnya Yang Muda Unjuk Karya dan Mengabdi\" di Warkop Gelas Batu, Rantau Prapat, Senin (25/11).
Mahrawa menyebutkan hingga saat ini masih ada keengganan dari generasi sebelumnya memberikan panggung kepada kaum muda.
\"Ada keengganan dari generasi sebelumnya untuk memberi ruang bagi anak muda. Tapi, semakin mereka dihambat dan dikekang, saya yakin mereka akan menemukan jalannya sendiri. Untuk mengkonsolidasikan diri,\" katanya.
Faisal menjelaskan, generasi muda atau kaum milenial harus diberi ruang untuk ikut berperan dalam berbagai aspek terutama dalam pemerintahan. Jalan menuju hal itu tentunya dengan membangun kesadaran politik.
\"Tanpa kesadaran politik mereka juga tidak akan fokus dalam menggagas Indonesia di masa depan. Yang ada justru mereka akan memikirkan diri sendiri. Dalam hal ini juga yang senior harus memberi dukungan dan ketauladanan,\" ungkapnya.
Perubahan dengan dukungan dari kaum milenial menurut Faisal menjadi hal yang akan positif sepanjang hal tersebut dibangun dengan adanya kesadaran politik pada kalangan kaum milenial tersebut.
\"Itulah mengapa upaya-upaya memberikan kesadaran politik itu harus diterapkan kepada kaum milenial. Bukan hanya kepedulian politik, namun juga harus dibangun bentuk-bentuk kepedulian dalam aspek lain kepada mereka. Saat ini kesadaran politik sudah muncul yang dipicu keresahan atas aksi Money Politics,\" demikian Faisal Mahrawa.
Kombur Milenial ini menghadirkan beberapa narasumber diantaranya Teguh Santosa yang merupakan dosen UIN Syarif Hidayatullah yang juga Anggota Dewan Kehormatan PWI Pusat; Rahman Kamal Siregar Co Founder Labuhanbatu Institute; Muhammad Riduan Dalimunthe selaku Direktur Eksekutif Labuhanbatu Institute, Budiono dari kalangan pegiat sosial dan beberapa tokoh milenial dari Labuhan Batu lainnya.
"/>