Perayaan Paskah menjadi salah satu momen keagamaan yang sangat penting bagi umat Kristiani dan Katolik.
Secara khusus di Sumatera Utara, perayaan hari besar keagamaan ini diperingati oleh hampir setengah dari masyarakat Sumatera Utara. Sebab, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, jumlah umat Kristen di Sumut mencapai 4.011.903 jiwa atau sekitar 26,6%, sedangkan umat Katolik ada sekitar 1.102.850 jiwa atau sekitar 7,3%. Dengan begitu, totalnya ada sekitar 33,9% penduduk yang merayakan Hari Paskah dan jumlah ini sangat besar.
Besarnya data ini membuat kalangan elit politik yang merupakan tempat saluran aspirasi masyarakat, sangat wajar untuk menyampaikan ucapan selamat merayakan Paskah.
Demikian disampaikan Ketua Dewan Pimpinan Daerah Komite Nasional Pemuda Demokrat Sumatra Utara (DPD KNPD Sumut), organisasi sayap Partai Demokrat, Suryani Paskah Naiborhu yang menyesalkan masih adanya elit politik di Sumut yang enggan memberikan ucapan selamat Paskah kepada umat Kristen-Katolik yang baru memperingatinya pada hari Minggu (17/4/2022).
"Kita meragukan jiwa nasionalisme para elit politik tersebut. Kita tau, Hari Paskah memiliki arti penting bagi umat Kristen dan Katolik. Pada hari Paskah itu, umat Kristen dan Katolik memperingati peristiwa kebangkitan Yesus Kristus dari kematian. Umat mempercayai bahwa Yesus Kristus hadir di dunia untuk menebus dosa manusia," katanya.
Suryani Paskah Naiborhu menjelaskan, dalam melakukan kegiatan politik, tidak sedikit elit politik yang selalu mengusung jargon nasionalisme. Mereka kerap mengunjungi rumah-rumah ibadah termasuk gereja untuk kegiatan politiknya tersebut. Hal ini menjadi bertolak belakang jika mengucapkan selamat Paskah saja ternyata enggan melakukannya.
"Saya melihat, elit politik Sumut yang menjargonkan jiwa nasionalisme ini melakukan kegiatan dengan mengunjungi gereja. Namun menjadi hal yang aneh jika mereka tak berani mengucapkan selamat Paskah kepada umat kristen dan katolik. Jiwa nasionalisnya menjadi semu. Saya melihat bahwa sebaiknya elit politik tersebut jangan lagi menjargonkan dirinya sebagai sosok yang nasionalis karena rakyat Sumut sudah pintar dan tidak bisa dibodohi lagi dengan pencitraan safari-safari politik kamuflase dengan kunjungan ke gereja, bakti sosial ke gereja, mengunjungi tokoh-tokoh gereja. Namun di dalam hatinya masih tertanam jiwa tidak nasionalis," tuturnya.
Suryani Paskah Naiborhu mengatakan bahwa negara Indonesia didirikan oleh pahlawan bangsa yang berasal dari beragam suku dan agama. Sehingga sudah sewajarnya jika nasionalisme itu hadir dan tumbuh dalam diri dalam jiwa masyarakat Indonesia, bukan hanya sekadar kamuflase atau lipservice ke publik saja.
Suryani Paskah Naiborhu mengatakan bahwa sejak lama masyarakat Sumut merupakan masyarakat yang heterogen atau memiliki keberagaman dalam berbagai hal, di antaranya dalam hal agama. Masing-masing agama tersebut memiliki hari besar yang diperingati atau dirayakan oleh para pemeluk agama tersebut.
"Sehingga wajar jika saat perayaan agama itu, tokoh politik menyampaikan ucapan selamat kepada warga yang merayakan. Hal ini juga dapat menunjukkan sikap persaudaraan di antara sesama warga, walaupun memiliki perbedaan. Warga yang merayakan tentu gembira dan mengapresiasi ucapan selamat yang disampaikan tersebut," pungkasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved