Ketika Selasa dia nyatakan puasa, lalu muncul lagi idenya ingin lari pagi dari Hotel Sudi Mampir ke Pasar Kota Pinang. Lantas saya jawab kalau itu berjarak belasan kilometer. Agenda lari pagi itu sajalah yang dibatalkannya. Selesai agenda Kota Pinang, acara dilanjutkan ke Rantau Prapat. Di sini sudah terjadwal makan siang. Hanya saja Sandiaga sedang puasa. Akhirnya di tempat makan itu semua panitia makan dan massa sudah luar biasa padatnya di luar. Semua tim makan, tapi Sandiaga disiapkan ruang khusus VIP. Lalu apa dibilangnya: Bro atur aja itu massa yang mau foto-foto, tim biarkan makan saja, saya mau foto-foto dengan mereka.
Kembali dalam hati saya tersentuh. Beginilah sosok anak muda ini. Representasi orang yang sudah tak terlalu berorientasi kesenangan dunia. Mungkin kalau kita yang berada di level Sandi dengan amalan, harta, serta diidolakan, akan membuat kita sombong. Dari Rantau Prapat, perjalanan dilanjutkan ke Aek Kanopan. Di sini, lokasi acara bertepatan dengan pengajian yang digelar oleh Ustad Gus Nur. Dan tim tiba pas waktu solat Ashar. Usai acara tersebut dilanjutkan dengan pelantikan Badan Pemenangan wilayah Labura. Coba kita lihat waktu dia memberi motivasi. . Dia ambil mic di sofa, dan langsung turun ke bawah panggung dan sangat interaktif. Dan dia punya talenta di situ dan masih berpuasa. Padahal kita sudah start dari pagi-pagi sekali. Hanya saja Sandiaga tetap bersemangat ketika bertemu massa. Dhuha, Puasa, Olahraga Selain sikap yang sangat low profile kepada siapa pun, saya pribadi banyak belajar tetang keseimbangan pola hidup dunia dan akhirat yang dijalankan Sandiaga Uno. Kenapa semangatnya selalu full power? Lalu senyumnya tak pernah lepas? Tidak pernah kelihatan capek?
Ternyata kunci hidupnya ada tiga. Di setiap perjalanan Sandiaga Uno ini tak pernah meninggalkan sholat dhuha. Bahkan jika dalam situasi tidak bisa berhenti, dia akan solat di dalam mobil. Kemudian mengaji. Menurut dia, dhuha itu sumber rezeki. Waktu membangun bisnis dia merasa rezeki itu datang seperti timpukan batu yang tak pernah putus. Lalu di dalam mobil, salah satu tim yang ikut kami sempat nyelutuk: bos kenapa timpukan batu berbentuk rezeki itu gak disorong ke kita aja. Lalu dia jawab: Lu dhuhanya udah betul tidak?
Dan memang dhuha selalu dikerjakannya. Begitu juga dengan puasa sunat Senin-Kamis dan sekarang amalannya sudah pada puasa Nabi Daud. Saat tiba di Pinang Sori (Tapanuli Tengah) pada hari Senin, saya berfikir dia akan puasa. Namun karena ada gangguan tenggorokan akhirnya tak jadi puasa. Tapi itu tadi, seperti saya ceritakan di atas, esoknya Selasa dia lanjut puasa. Sekali lagi, duha dan puasa sunat ini sudah dijalankannya jauh dari sebelum mencalonkan diri sebagai Cawapres.
Di penutup cerita dua hari bersama Sandiaga Uno ini ingin saya ceritakan hal paling akhir ketika sudah sampai di Kisaran (Asahan). Di wilayah ini badan saya benar-benar sudah drop. Saya sudah tidak tahan karena menghadapi kerumuman massa dan kunjungan yang luar biasa banyak. Bahkan di Kisaran kerumunan massa seperti menghimpit kami. Begitu siap dari acara, saya benar-benar keletihan. Dalam perjalanan dari Kisaran menuju Medan saya kembali terkejut. \"Bro saya besok olahraga ya. Mau marathon dari Hotel Aston ke Menteng. Sudah lama saya tidak olahraga. Karena saya besok sarapannya di Menteng,\"
Langsung saya merasa makin drop. Dia menyebut lama sudah tak berolah raga hanya dalam hitungan hari. Sementara saya sudah tak olahraga rutin lebih dari dua tahun lalu.
\"Mas bro, baru beberapa hari lalu tak olah raga sudah bilang lama. Saya sudah dua tahun tak olahraga. Dan itu jarak dari hotel ke Menteng belasan kilo. Kita nanti sampai di Medan dinihari. Kalau mau olahraga di seberang hotel saja ke Lapangan Merdeka. Itu juga tempat orang jogging,\" begitu penjelasan saya mendengar keinginannya mau lari pagi dari Aston ke Menteng.
Besoknya memang dia lari pagi di Lapangan Merdeka. Itu juga yang menurut saya membuat staminya selalu penuh disertai, semangat, tekad dan ketulusan. Sejujurnya saya pun pernah berkeliling waktu mencalon jadi Gubsu dulu. Tapi tidak seperti Sandiaga yang tak ada hentinya. Apalagi sampai sekarang dia sudah mengunjungi 800 titik lebih. Memang saya hanya dua hari bersamanya. Tapi ada banyak pelajaran yang bisa diambil.
Keikhlasan, tekad, semangat kuat, serta ibadah yang tak pernah putus. Salam dari kami untukmu Bro Sandiaga Uno. Semoga cita-cita dan keinginan terwujud tahun depan.*** Penulis adalah Ketua DPD Gerindra Sumut dan Ketua Komisi VII DPR-RI" itemprop="description"/>
Ketika Selasa dia nyatakan puasa, lalu muncul lagi idenya ingin lari pagi dari Hotel Sudi Mampir ke Pasar Kota Pinang. Lantas saya jawab kalau itu berjarak belasan kilometer. Agenda lari pagi itu sajalah yang dibatalkannya. Selesai agenda Kota Pinang, acara dilanjutkan ke Rantau Prapat. Di sini sudah terjadwal makan siang. Hanya saja Sandiaga sedang puasa. Akhirnya di tempat makan itu semua panitia makan dan massa sudah luar biasa padatnya di luar. Semua tim makan, tapi Sandiaga disiapkan ruang khusus VIP. Lalu apa dibilangnya: Bro atur aja itu massa yang mau foto-foto, tim biarkan makan saja, saya mau foto-foto dengan mereka.
Kembali dalam hati saya tersentuh. Beginilah sosok anak muda ini. Representasi orang yang sudah tak terlalu berorientasi kesenangan dunia. Mungkin kalau kita yang berada di level Sandi dengan amalan, harta, serta diidolakan, akan membuat kita sombong. Dari Rantau Prapat, perjalanan dilanjutkan ke Aek Kanopan. Di sini, lokasi acara bertepatan dengan pengajian yang digelar oleh Ustad Gus Nur. Dan tim tiba pas waktu solat Ashar. Usai acara tersebut dilanjutkan dengan pelantikan Badan Pemenangan wilayah Labura. Coba kita lihat waktu dia memberi motivasi. . Dia ambil mic di sofa, dan langsung turun ke bawah panggung dan sangat interaktif. Dan dia punya talenta di situ dan masih berpuasa. Padahal kita sudah start dari pagi-pagi sekali. Hanya saja Sandiaga tetap bersemangat ketika bertemu massa. Dhuha, Puasa, Olahraga Selain sikap yang sangat low profile kepada siapa pun, saya pribadi banyak belajar tetang keseimbangan pola hidup dunia dan akhirat yang dijalankan Sandiaga Uno. Kenapa semangatnya selalu full power? Lalu senyumnya tak pernah lepas? Tidak pernah kelihatan capek?
Ternyata kunci hidupnya ada tiga. Di setiap perjalanan Sandiaga Uno ini tak pernah meninggalkan sholat dhuha. Bahkan jika dalam situasi tidak bisa berhenti, dia akan solat di dalam mobil. Kemudian mengaji. Menurut dia, dhuha itu sumber rezeki. Waktu membangun bisnis dia merasa rezeki itu datang seperti timpukan batu yang tak pernah putus. Lalu di dalam mobil, salah satu tim yang ikut kami sempat nyelutuk: bos kenapa timpukan batu berbentuk rezeki itu gak disorong ke kita aja. Lalu dia jawab: Lu dhuhanya udah betul tidak?
Dan memang dhuha selalu dikerjakannya. Begitu juga dengan puasa sunat Senin-Kamis dan sekarang amalannya sudah pada puasa Nabi Daud. Saat tiba di Pinang Sori (Tapanuli Tengah) pada hari Senin, saya berfikir dia akan puasa. Namun karena ada gangguan tenggorokan akhirnya tak jadi puasa. Tapi itu tadi, seperti saya ceritakan di atas, esoknya Selasa dia lanjut puasa. Sekali lagi, duha dan puasa sunat ini sudah dijalankannya jauh dari sebelum mencalonkan diri sebagai Cawapres.
Di penutup cerita dua hari bersama Sandiaga Uno ini ingin saya ceritakan hal paling akhir ketika sudah sampai di Kisaran (Asahan). Di wilayah ini badan saya benar-benar sudah drop. Saya sudah tidak tahan karena menghadapi kerumuman massa dan kunjungan yang luar biasa banyak. Bahkan di Kisaran kerumunan massa seperti menghimpit kami. Begitu siap dari acara, saya benar-benar keletihan. Dalam perjalanan dari Kisaran menuju Medan saya kembali terkejut. \"Bro saya besok olahraga ya. Mau marathon dari Hotel Aston ke Menteng. Sudah lama saya tidak olahraga. Karena saya besok sarapannya di Menteng,\"
Langsung saya merasa makin drop. Dia menyebut lama sudah tak berolah raga hanya dalam hitungan hari. Sementara saya sudah tak olahraga rutin lebih dari dua tahun lalu.
\"Mas bro, baru beberapa hari lalu tak olah raga sudah bilang lama. Saya sudah dua tahun tak olahraga. Dan itu jarak dari hotel ke Menteng belasan kilo. Kita nanti sampai di Medan dinihari. Kalau mau olahraga di seberang hotel saja ke Lapangan Merdeka. Itu juga tempat orang jogging,\" begitu penjelasan saya mendengar keinginannya mau lari pagi dari Aston ke Menteng.
Besoknya memang dia lari pagi di Lapangan Merdeka. Itu juga yang menurut saya membuat staminya selalu penuh disertai, semangat, tekad dan ketulusan. Sejujurnya saya pun pernah berkeliling waktu mencalon jadi Gubsu dulu. Tapi tidak seperti Sandiaga yang tak ada hentinya. Apalagi sampai sekarang dia sudah mengunjungi 800 titik lebih. Memang saya hanya dua hari bersamanya. Tapi ada banyak pelajaran yang bisa diambil.
Keikhlasan, tekad, semangat kuat, serta ibadah yang tak pernah putus. Salam dari kami untukmu Bro Sandiaga Uno. Semoga cita-cita dan keinginan terwujud tahun depan.*** Penulis adalah Ketua DPD Gerindra Sumut dan Ketua Komisi VII DPR-RI"/>
Ketika Selasa dia nyatakan puasa, lalu muncul lagi idenya ingin lari pagi dari Hotel Sudi Mampir ke Pasar Kota Pinang. Lantas saya jawab kalau itu berjarak belasan kilometer. Agenda lari pagi itu sajalah yang dibatalkannya. Selesai agenda Kota Pinang, acara dilanjutkan ke Rantau Prapat. Di sini sudah terjadwal makan siang. Hanya saja Sandiaga sedang puasa. Akhirnya di tempat makan itu semua panitia makan dan massa sudah luar biasa padatnya di luar. Semua tim makan, tapi Sandiaga disiapkan ruang khusus VIP. Lalu apa dibilangnya: Bro atur aja itu massa yang mau foto-foto, tim biarkan makan saja, saya mau foto-foto dengan mereka.
Kembali dalam hati saya tersentuh. Beginilah sosok anak muda ini. Representasi orang yang sudah tak terlalu berorientasi kesenangan dunia. Mungkin kalau kita yang berada di level Sandi dengan amalan, harta, serta diidolakan, akan membuat kita sombong. Dari Rantau Prapat, perjalanan dilanjutkan ke Aek Kanopan. Di sini, lokasi acara bertepatan dengan pengajian yang digelar oleh Ustad Gus Nur. Dan tim tiba pas waktu solat Ashar. Usai acara tersebut dilanjutkan dengan pelantikan Badan Pemenangan wilayah Labura. Coba kita lihat waktu dia memberi motivasi. . Dia ambil mic di sofa, dan langsung turun ke bawah panggung dan sangat interaktif. Dan dia punya talenta di situ dan masih berpuasa. Padahal kita sudah start dari pagi-pagi sekali. Hanya saja Sandiaga tetap bersemangat ketika bertemu massa. Dhuha, Puasa, Olahraga Selain sikap yang sangat low profile kepada siapa pun, saya pribadi banyak belajar tetang keseimbangan pola hidup dunia dan akhirat yang dijalankan Sandiaga Uno. Kenapa semangatnya selalu full power? Lalu senyumnya tak pernah lepas? Tidak pernah kelihatan capek?
Ternyata kunci hidupnya ada tiga. Di setiap perjalanan Sandiaga Uno ini tak pernah meninggalkan sholat dhuha. Bahkan jika dalam situasi tidak bisa berhenti, dia akan solat di dalam mobil. Kemudian mengaji. Menurut dia, dhuha itu sumber rezeki. Waktu membangun bisnis dia merasa rezeki itu datang seperti timpukan batu yang tak pernah putus. Lalu di dalam mobil, salah satu tim yang ikut kami sempat nyelutuk: bos kenapa timpukan batu berbentuk rezeki itu gak disorong ke kita aja. Lalu dia jawab: Lu dhuhanya udah betul tidak?
Dan memang dhuha selalu dikerjakannya. Begitu juga dengan puasa sunat Senin-Kamis dan sekarang amalannya sudah pada puasa Nabi Daud. Saat tiba di Pinang Sori (Tapanuli Tengah) pada hari Senin, saya berfikir dia akan puasa. Namun karena ada gangguan tenggorokan akhirnya tak jadi puasa. Tapi itu tadi, seperti saya ceritakan di atas, esoknya Selasa dia lanjut puasa. Sekali lagi, duha dan puasa sunat ini sudah dijalankannya jauh dari sebelum mencalonkan diri sebagai Cawapres.
Di penutup cerita dua hari bersama Sandiaga Uno ini ingin saya ceritakan hal paling akhir ketika sudah sampai di Kisaran (Asahan). Di wilayah ini badan saya benar-benar sudah drop. Saya sudah tidak tahan karena menghadapi kerumuman massa dan kunjungan yang luar biasa banyak. Bahkan di Kisaran kerumunan massa seperti menghimpit kami. Begitu siap dari acara, saya benar-benar keletihan. Dalam perjalanan dari Kisaran menuju Medan saya kembali terkejut. \"Bro saya besok olahraga ya. Mau marathon dari Hotel Aston ke Menteng. Sudah lama saya tidak olahraga. Karena saya besok sarapannya di Menteng,\"
Langsung saya merasa makin drop. Dia menyebut lama sudah tak berolah raga hanya dalam hitungan hari. Sementara saya sudah tak olahraga rutin lebih dari dua tahun lalu.
\"Mas bro, baru beberapa hari lalu tak olah raga sudah bilang lama. Saya sudah dua tahun tak olahraga. Dan itu jarak dari hotel ke Menteng belasan kilo. Kita nanti sampai di Medan dinihari. Kalau mau olahraga di seberang hotel saja ke Lapangan Merdeka. Itu juga tempat orang jogging,\" begitu penjelasan saya mendengar keinginannya mau lari pagi dari Aston ke Menteng.
Besoknya memang dia lari pagi di Lapangan Merdeka. Itu juga yang menurut saya membuat staminya selalu penuh disertai, semangat, tekad dan ketulusan. Sejujurnya saya pun pernah berkeliling waktu mencalon jadi Gubsu dulu. Tapi tidak seperti Sandiaga yang tak ada hentinya. Apalagi sampai sekarang dia sudah mengunjungi 800 titik lebih. Memang saya hanya dua hari bersamanya. Tapi ada banyak pelajaran yang bisa diambil.
Keikhlasan, tekad, semangat kuat, serta ibadah yang tak pernah putus. Salam dari kami untukmu Bro Sandiaga Uno. Semoga cita-cita dan keinginan terwujud tahun depan.*** Penulis adalah Ketua DPD Gerindra Sumut dan Ketua Komisi VII DPR-RI"/>
MENUTUP tahun 2018 lalu masih ada pengalaman menarik yang rasanya penting sebagai bagian dari pendidikan politik di Sumatera Utara. Persis dengan judul di atas. Yaitu dua hari bersama Sandiaga Uno. Ya menghadirkan dan membawa keliling calon orang nomor dua di republik ini keliling Sumatera Utara yang notabene bukan petahana. Datang sebagai penantang ke wilayah-wilayah yang kepala daerahnya notabene mendukung petahana. Dia datang sebagai calon wakil presiden untuk perhelatan politk 17 April 2019 ini.
Tapi kemudian lelah dan kerja keras semua tim Safari Maulid Nabi Muhammad SAW bersama Sandiaga Solahuddin Uno di Sumatera Utara yang berlangsung 10-11 Desember berkeliling daerah kabupaten dan kota terbayar tuntas. Daerah yang dikunjungi Sandiaga Uno meliputi Tapanuli Tengah, Purba Baru (Mandailing Natal), Padangsidimpuan, Gunung Tua Padang Lawas Utara, Kota Pinang, Rantau Prapat, Aek Kanopan, kemudian Kisaran.
Lelah itu punah usai melihat antusiasme massa dan emak-emak di semua lokasi. Tidak ada satu pun tempat yang tak menunjukkan antusiasme. Itu menandakan semangat ingin perubahan sudah menjalar sampai ke pelosok. Terus terang membawa Sandiaga Uno keliling Sumatera Utara bukanlah hal mudah. Dari awal saya sudah tahu ini akan banyak tantangan dan kendala. Ada banyak hambatan dan rintangan. Sebab Sandiaga tentu identik dengan lawan petahana (penguasa) dalam Pilpres 2019 mendatang. Walaupun sebenarnya event safari Maulid ini tak membawa ikon politik apa pun. Tapi itu tadi, karena saya di Gerindra, kemudian Sandiaga Uno adalah calon wakil presiden nomor urut 02, semua pihak pasti menuding ini jadi bagian kampanye.
Dari awal sebenarnya hambatan untuk membawa Sandiaga Uno keliling sudah muncul. Ada rasa kecewa dan miris karena banyak sekali laporan yang masuk sebab dihambat sana sini. Padahal sebenarnya ini safari maulid kegiatan keagamaan sekaligus sebagai momentum Bulan Maulid. Hambatan perizinan Kendala utama tentu saja soal izin lokasi. Dari awal tim panitia sebenarnya ingin semua safari Maulid itu dilakukan di dalam masjid raya. Sebab seperti kita tahu di daerah tingkat dua seringkali hujan setiap hari. Hanya saja karena ini peringatan Maulid semua panitia sudah dianjurkan untuk tanpa memakai atribut parpol, tidak juga ada spanduk Capres/Cawapres dan identitas politik lain. Kemudian posisi saya pun ada sebagai pribadi, warga negara kelahiran Sumatera Utara. Tidak dihubungkan dengan posisi saya sebagai Ketua Gerindra Sumut.
Melihat kondisi cuaca, serta kedatangan Sandiaga yang biasa penuh membuat panitia menentukan Masjid Raya di daerah-daerah lah harusnya yang mampu menampung arus massa. Hanya saja kan di semua daerah masjid raya ini merupakah milik pemda. Ternyata masjid raya yang bisa kami pakai itu hanya di Sidimpuan. Selebihnya di halaman masjid, baik itu di Kota Pinang, Rantau Prapat, Aek Kanopan juga Kisaran. Problem yang paling sulit itu adalah di Kisaran (Asahan). Di Asahan itu yang akhirnya bisa digunakan adalah halaman Masjid Aljihad sebagai masjid masyarakat. Dan ini sudah empat kali berpindah.
Ceritanya dimulai ketika masjid raya Kisaran tidak diberi izin pemerintah setempat. Kemudian diarahkan ke gedung serba guna. Panitia setempat melapor ke saya, kemudian sudahlah kita pakai gedung Serbaguna. Gedung ini pun dibayar dan tentu sudah dapat izin. Tapi besoknya dibaalkan sepihak lagi karena menurut mereka gedung mau dipakai. Dimana logikanya? Padahal sudah dibayar. Lalu panitia lokal diarahkan menggunakan lapangan Hoki. Besoknya dilaporkan lagi ternyata tidak dikasi izin.
Saya kemudian menyuruh panitia mencari halaman masjid yang luas yang bisa digunakan. Sampai panitia bisa memakai Masjid Aljihad. Jadi sebenarnya kalau kita cerita soal hambatan izin ini luar biasa kisahnya. Bahkan waktu di kisaran ada beberapa orang memegang spanduk penolakan kedatanan Sandiaga Uno. Setelah ditelusuri, tim menemukan sebenarya bukan Pemda yang tidak memberi izin. Tapi mereka ditekan oleh aparat serta pihak yang tidak ingin Sandiaga Uno berkunjung ke Sumut. Aneh juga sebenarnya jika masjid tidak bisa dipakai safari maulid. Faktanya di setiap masjid yang kita kunjungi Sandiaga Uno tidak bicara (kampanye).
Padahal pemahaman saya, tempat ibadah tidak boleh dipakai kampanye tentu dengan definisi bahwa kampanye adalah penyampaian visi misi. Ke Sandiaga Uno beberapa kali saya sampaikan bahwa ini bukan kampanye dan berada di luar masjid. Apalagi biasanya saya juga sering ceramah di masjid setelah ustad memberi tausiah. Tapi yang saya sampaikan lebih banyak tentang ekonomi syariah.
Di sinilah saya melihat salah satu poin positif Sandiaga Uno yang tak mau menabrak aturan. Orangnya disiplin, taat aturan, taat hukum. Dia bilang: daripada nanti jadi masalah bagus kita hindari. Jadi dari awal memang kita sudah diwanti-wanti agar tak menimbulkan persoalan. Setiap kali acara di halaman masjid di semua daerah yang dikunjungi, Sandiaga tidak pernah mau pidato, orasi atau bicara apa pun. Kalau sudah diminta kali oleh panitia dia hanya sholawat dan menyanyikan lagu Opick yang berjudul Alhamdulillah. Jadi safari maulid ini benar-benar penuh tantangan. Selain izin, kendala lain soal truk penghadang di tengah jalan saat menuju Kota Pinang dari Gunung Tua juga terjadi.
Kemudian di wilayah Mandailing Natal ada orang berkeliling mengumumkan bahwa Sandiaga Uno tidak jadi datang. Bahkan ada lagi format WhatsApp yang dikirimkan bahwa kedatangan Sandi diubah tanggalnya. Menariknya di Asahan, malah ada isu bom. Tapi semua kami lewati dengan berbaik sangka.
Merangkul sahabat
Selama dua hari bersama Sandiaga Uno saya memang menemukan beberapa hal positif yang tidak pernah saya temukan pada banyak sosok atau figur. Ada satu kejadian yang luar biasa menurut saya ketika kejadian di Pasar Pagi Kota Pinang yang kemudian jadi viral. Ini bagian pembelajaran bagi saya pribadi yang memang belum lama mengenal Sandiaga Uno.
Di Pasar Pagi itu ada pedagang bernama Dirjon menulis di karton dan digantung di atas kiosnya bertuliskan: Sandiaga Uno kami sudah lama bersaudara sejak kecil, jangan pecah belah karena pemilu, pulanglah. Itu kalimat mengusir sebenarnya. Tapi Sandiaga adalah orang yang berjiwa besar. Bukan menghindar, Sandiaga malah merangkul si pedagang dan menyatakan akan menyampaikan salam Pak Dirjon ke Presiden Jokowi saat bertemu di Jakarta 17 Desember. Sandiaga menjelaskan ini bukan untuk pecah belah jadi mari kita berangkulan saja. Memang akhirnya ada tudingan itu disetting oleh Sandi atau oleh kami. Tapi saya katakan itu tidak benar. Tidak ada settingan apa pun. Memang waktu kunjungan ke Kota Pinang, ada panitia lokal di sana ingin menurunkan spanduk dimaksud. Orang yang melekat pada Sandi meminta jangan diturunkan, tujuannya untuk melihat apa reaksi Sandiaga melihat spanduk itu. Apalagi memang dari awal tim Sandiaga sudah menyatakan ke kami agar tidak ada settingan apa pun. Semua natural. Jadi penolakan di Kota Pinang itu juga memberi saya pelajaran berharga bagaimana menjadi politisi yang baik sebenarnya. Tidak boleh ada musuh semua harus berangkulan. Yang unik dari Sandi
Dalam kunjungan dua hari itu saya juga jadi lebih mengenal Sandiaga Uno sebagai sosok yang sangat low profile dan beberapa hal unik. Ceritanya begini, ketika kami sampai di Labuhan Batu Utara (Aek Kanopan), karena padatnya massa di sekitar mobil Sandiaga, hanya bisa menjawab massa yang ada di sebelah kiri jalan.
Sementara di sebelah kanan juga ramai. Lalu massa yang di sebelah kanan ada yang teriak: Pak Sandi sombong. Begitu padatnya massa akhirnya dia menyeberang dan mendatanginya. Begituju juga waktu di Mandailing Natal. Saat di Panyabungan mobil dihadang oleh masyarakat yang memegang ulos dan sudah mempersiapkan alame (dodol) yang dimasak ramai-ramai.
Problemnya saya baru tahu kami akan dihadang setelah mobil mendekat. Sehingga tidak bisa memberi aba-aba ke voreijder di depan agar berhenti. Memang saya sampaikan ke Sandi bahwa ulos dan alame adalah bentuk penghargaan tertinggi. Walaupun tidak ada dijadwal akhirnya Sandiaga bilang berhenti saja dan dia menerima. Sementara voreijder sudah di depan. Dia bilang: biar aja mereka duluan bro. nanti mereka juga berhenti kalau mobil kita ketinggalan.
Sesampai di Sidimpuan rombongan langsung menuju Masjid Al Abror. Setelah acara selesai Magrib, cuaca kurang bersahabat. Lalu saya sampaikan: Mas bro, itu di luar hujan.
Sementara tugu salak halaman terbuka. Bagaimana? Ternyata jawabannya singkat: asyik.†Jadi lanjut, tanya saya. Dibalasnya lagi: asyik. Dalam hati saya rasa ini aneh. Hujan deras tapi dibilang asyik. Saya pun mulai berfikir menyiapkan fisik dan baju andai benar-benar hujan sederas-derasnya sementara Sandiaga tetap ingin di ruang terbuka.
Sebelum sampai di tugu salak saya juga sampaikan, untuk makan malam andai hujan deras ada rumah makan Padang diseberang Tugu Salak. Lalu dia tanya lokasi yang disiapkan bagaimana? Memang panitia sudah menyiapkan lokasi Tugu Salak sudah ada jajanan berbagai jenis makanan yang disediakan panitia tapi ruang terbuka. Dia jawab spontan: sudah bro kita makan di situ aja.
Kembali lagi saya makin yakin sosok Sandiaga ini yang sangat ingin berbaur dengan masyarakat. Tapi di Sidimpuan kami seperti dapat berkah. Saat solat Magrib di Masjid Al Abror, hujan masih deras. Tapi begitu sampai di Tugu Salak yang berjarak 500 meter, hujan reda dan acara berlangsung seperti biasa. Nah begitu kami meninggalkan Tugu Salak menuju kota Gunung Tua, Padang Lawas Utara, hujan sepertinya turun deras lagi. Sebab perjalanan dari Sidimpuan ke Gunung Tua, hujan sepanjang jalan. Waktu di perjalanan saya telefon panitia di Gunung Tua bagaimana kondisi cuaca dan lokasi. Mereka jawab hujan deras tapi masyarakat tetap berduyun-duyun datang. Saya mulai sedikit panik, bagaimana ini acara jika hujan deras karena tempatnya di alun-alun lapangan terbuka.
Begitu sudah dekat Gunung Tua, saya hubungi lagi panitia. Mereka bilang hujan sudah berhenti dan massa semakin banyak. Ternyata begitu sampai di lokasi hujan berhenti dan acara terlaksana lancar. Benar-benar seperti keberkahan yang memayungi perjalanan safari maulid. Balada Ikan Terubuk Keunikan sosok Sandi ini masih banyak sebenarnya. Dalam perjalanan dari Gunung Tua ke Kota Pinang Sandiaga bilang: Bro besok (Selasa 11/12) saya puasa ya. Karena kemarin Senin (10/12) tidak puasa. Lantas saya jawab bahwa acara di berbagai tempat akan marathon sampai dinihari.
Apalagi saat melewati Ranto Prapat adalah waktu yang tempat untuk makan siang karena ada yang namanya ikan terubuk khas daerah dan tidak ada di tempat lain. Apalagi ikannya sedang bertelur. Apalagi tim sudah menyiapkan makan siang.
"Saya puasa aja mas bro, karena kemarin Senin saya tidak puasa. Kalau begitu bro siapkan aja ikan terubuk itu untuk berbuka puasa,†katanya. Memang Sandiaga ini orang yang komit ibadah puasa Senin-Kamis. Dan ini dilakukannya sejak dulu, bukan saat mau jadi Cawapres saja.
Ketika Selasa dia nyatakan puasa, lalu muncul lagi idenya ingin lari pagi dari Hotel Sudi Mampir ke Pasar Kota Pinang. Lantas saya jawab kalau itu berjarak belasan kilometer. Agenda lari pagi itu sajalah yang dibatalkannya. Selesai agenda Kota Pinang, acara dilanjutkan ke Rantau Prapat. Di sini sudah terjadwal makan siang. Hanya saja Sandiaga sedang puasa. Akhirnya di tempat makan itu semua panitia makan dan massa sudah luar biasa padatnya di luar. Semua tim makan, tapi Sandiaga disiapkan ruang khusus VIP. Lalu apa dibilangnya: Bro atur aja itu massa yang mau foto-foto, tim biarkan makan saja, saya mau foto-foto dengan mereka.
Kembali dalam hati saya tersentuh. Beginilah sosok anak muda ini. Representasi orang yang sudah tak terlalu berorientasi kesenangan dunia. Mungkin kalau kita yang berada di level Sandi dengan amalan, harta, serta diidolakan, akan membuat kita sombong. Dari Rantau Prapat, perjalanan dilanjutkan ke Aek Kanopan. Di sini, lokasi acara bertepatan dengan pengajian yang digelar oleh Ustad Gus Nur. Dan tim tiba pas waktu solat Ashar. Usai acara tersebut dilanjutkan dengan pelantikan Badan Pemenangan wilayah Labura. Coba kita lihat waktu dia memberi motivasi. . Dia ambil mic di sofa, dan langsung turun ke bawah panggung dan sangat interaktif. Dan dia punya talenta di situ dan masih berpuasa. Padahal kita sudah start dari pagi-pagi sekali. Hanya saja Sandiaga tetap bersemangat ketika bertemu massa. Dhuha, Puasa, Olahraga Selain sikap yang sangat low profile kepada siapa pun, saya pribadi banyak belajar tetang keseimbangan pola hidup dunia dan akhirat yang dijalankan Sandiaga Uno. Kenapa semangatnya selalu full power? Lalu senyumnya tak pernah lepas? Tidak pernah kelihatan capek?
Ternyata kunci hidupnya ada tiga. Di setiap perjalanan Sandiaga Uno ini tak pernah meninggalkan sholat dhuha. Bahkan jika dalam situasi tidak bisa berhenti, dia akan solat di dalam mobil. Kemudian mengaji. Menurut dia, dhuha itu sumber rezeki. Waktu membangun bisnis dia merasa rezeki itu datang seperti timpukan batu yang tak pernah putus. Lalu di dalam mobil, salah satu tim yang ikut kami sempat nyelutuk: bos kenapa timpukan batu berbentuk rezeki itu gak disorong ke kita aja. Lalu dia jawab: Lu dhuhanya udah betul tidak?
Dan memang dhuha selalu dikerjakannya. Begitu juga dengan puasa sunat Senin-Kamis dan sekarang amalannya sudah pada puasa Nabi Daud. Saat tiba di Pinang Sori (Tapanuli Tengah) pada hari Senin, saya berfikir dia akan puasa. Namun karena ada gangguan tenggorokan akhirnya tak jadi puasa. Tapi itu tadi, seperti saya ceritakan di atas, esoknya Selasa dia lanjut puasa. Sekali lagi, duha dan puasa sunat ini sudah dijalankannya jauh dari sebelum mencalonkan diri sebagai Cawapres.
Di penutup cerita dua hari bersama Sandiaga Uno ini ingin saya ceritakan hal paling akhir ketika sudah sampai di Kisaran (Asahan). Di wilayah ini badan saya benar-benar sudah drop. Saya sudah tidak tahan karena menghadapi kerumuman massa dan kunjungan yang luar biasa banyak. Bahkan di Kisaran kerumunan massa seperti menghimpit kami. Begitu siap dari acara, saya benar-benar keletihan. Dalam perjalanan dari Kisaran menuju Medan saya kembali terkejut. "Bro saya besok olahraga ya. Mau marathon dari Hotel Aston ke Menteng. Sudah lama saya tidak olahraga. Karena saya besok sarapannya di Menteng,"
Langsung saya merasa makin drop. Dia menyebut lama sudah tak berolah raga hanya dalam hitungan hari. Sementara saya sudah tak olahraga rutin lebih dari dua tahun lalu.
"Mas bro, baru beberapa hari lalu tak olah raga sudah bilang lama. Saya sudah dua tahun tak olahraga. Dan itu jarak dari hotel ke Menteng belasan kilo. Kita nanti sampai di Medan dinihari. Kalau mau olahraga di seberang hotel saja ke Lapangan Merdeka. Itu juga tempat orang jogging," begitu penjelasan saya mendengar keinginannya mau lari pagi dari Aston ke Menteng.
Besoknya memang dia lari pagi di Lapangan Merdeka. Itu juga yang menurut saya membuat staminya selalu penuh disertai, semangat, tekad dan ketulusan. Sejujurnya saya pun pernah berkeliling waktu mencalon jadi Gubsu dulu. Tapi tidak seperti Sandiaga yang tak ada hentinya. Apalagi sampai sekarang dia sudah mengunjungi 800 titik lebih. Memang saya hanya dua hari bersamanya. Tapi ada banyak pelajaran yang bisa diambil.
Keikhlasan, tekad, semangat kuat, serta ibadah yang tak pernah putus. Salam dari kami untukmu Bro Sandiaga Uno. Semoga cita-cita dan keinginan terwujud tahun depan.*** Penulis adalah Ketua DPD Gerindra Sumut dan Ketua Komisi VII DPR-RI
MENUTUP tahun 2018 lalu masih ada pengalaman menarik yang rasanya penting sebagai bagian dari pendidikan politik di Sumatera Utara. Persis dengan judul di atas. Yaitu dua hari bersama Sandiaga Uno. Ya menghadirkan dan membawa keliling calon orang nomor dua di republik ini keliling Sumatera Utara yang notabene bukan petahana. Datang sebagai penantang ke wilayah-wilayah yang kepala daerahnya notabene mendukung petahana. Dia datang sebagai calon wakil presiden untuk perhelatan politk 17 April 2019 ini.
Tapi kemudian lelah dan kerja keras semua tim Safari Maulid Nabi Muhammad SAW bersama Sandiaga Solahuddin Uno di Sumatera Utara yang berlangsung 10-11 Desember berkeliling daerah kabupaten dan kota terbayar tuntas. Daerah yang dikunjungi Sandiaga Uno meliputi Tapanuli Tengah, Purba Baru (Mandailing Natal), Padangsidimpuan, Gunung Tua Padang Lawas Utara, Kota Pinang, Rantau Prapat, Aek Kanopan, kemudian Kisaran.
Lelah itu punah usai melihat antusiasme massa dan emak-emak di semua lokasi. Tidak ada satu pun tempat yang tak menunjukkan antusiasme. Itu menandakan semangat ingin perubahan sudah menjalar sampai ke pelosok. Terus terang membawa Sandiaga Uno keliling Sumatera Utara bukanlah hal mudah. Dari awal saya sudah tahu ini akan banyak tantangan dan kendala. Ada banyak hambatan dan rintangan. Sebab Sandiaga tentu identik dengan lawan petahana (penguasa) dalam Pilpres 2019 mendatang. Walaupun sebenarnya event safari Maulid ini tak membawa ikon politik apa pun. Tapi itu tadi, karena saya di Gerindra, kemudian Sandiaga Uno adalah calon wakil presiden nomor urut 02, semua pihak pasti menuding ini jadi bagian kampanye.
Dari awal sebenarnya hambatan untuk membawa Sandiaga Uno keliling sudah muncul. Ada rasa kecewa dan miris karena banyak sekali laporan yang masuk sebab dihambat sana sini. Padahal sebenarnya ini safari maulid kegiatan keagamaan sekaligus sebagai momentum Bulan Maulid. Hambatan perizinan Kendala utama tentu saja soal izin lokasi. Dari awal tim panitia sebenarnya ingin semua safari Maulid itu dilakukan di dalam masjid raya. Sebab seperti kita tahu di daerah tingkat dua seringkali hujan setiap hari. Hanya saja karena ini peringatan Maulid semua panitia sudah dianjurkan untuk tanpa memakai atribut parpol, tidak juga ada spanduk Capres/Cawapres dan identitas politik lain. Kemudian posisi saya pun ada sebagai pribadi, warga negara kelahiran Sumatera Utara. Tidak dihubungkan dengan posisi saya sebagai Ketua Gerindra Sumut.
Melihat kondisi cuaca, serta kedatangan Sandiaga yang biasa penuh membuat panitia menentukan Masjid Raya di daerah-daerah lah harusnya yang mampu menampung arus massa. Hanya saja kan di semua daerah masjid raya ini merupakah milik pemda. Ternyata masjid raya yang bisa kami pakai itu hanya di Sidimpuan. Selebihnya di halaman masjid, baik itu di Kota Pinang, Rantau Prapat, Aek Kanopan juga Kisaran. Problem yang paling sulit itu adalah di Kisaran (Asahan). Di Asahan itu yang akhirnya bisa digunakan adalah halaman Masjid Aljihad sebagai masjid masyarakat. Dan ini sudah empat kali berpindah.
Ceritanya dimulai ketika masjid raya Kisaran tidak diberi izin pemerintah setempat. Kemudian diarahkan ke gedung serba guna. Panitia setempat melapor ke saya, kemudian sudahlah kita pakai gedung Serbaguna. Gedung ini pun dibayar dan tentu sudah dapat izin. Tapi besoknya dibaalkan sepihak lagi karena menurut mereka gedung mau dipakai. Dimana logikanya? Padahal sudah dibayar. Lalu panitia lokal diarahkan menggunakan lapangan Hoki. Besoknya dilaporkan lagi ternyata tidak dikasi izin.
Saya kemudian menyuruh panitia mencari halaman masjid yang luas yang bisa digunakan. Sampai panitia bisa memakai Masjid Aljihad. Jadi sebenarnya kalau kita cerita soal hambatan izin ini luar biasa kisahnya. Bahkan waktu di kisaran ada beberapa orang memegang spanduk penolakan kedatanan Sandiaga Uno. Setelah ditelusuri, tim menemukan sebenarya bukan Pemda yang tidak memberi izin. Tapi mereka ditekan oleh aparat serta pihak yang tidak ingin Sandiaga Uno berkunjung ke Sumut. Aneh juga sebenarnya jika masjid tidak bisa dipakai safari maulid. Faktanya di setiap masjid yang kita kunjungi Sandiaga Uno tidak bicara (kampanye).
Padahal pemahaman saya, tempat ibadah tidak boleh dipakai kampanye tentu dengan definisi bahwa kampanye adalah penyampaian visi misi. Ke Sandiaga Uno beberapa kali saya sampaikan bahwa ini bukan kampanye dan berada di luar masjid. Apalagi biasanya saya juga sering ceramah di masjid setelah ustad memberi tausiah. Tapi yang saya sampaikan lebih banyak tentang ekonomi syariah.
Di sinilah saya melihat salah satu poin positif Sandiaga Uno yang tak mau menabrak aturan. Orangnya disiplin, taat aturan, taat hukum. Dia bilang: daripada nanti jadi masalah bagus kita hindari. Jadi dari awal memang kita sudah diwanti-wanti agar tak menimbulkan persoalan. Setiap kali acara di halaman masjid di semua daerah yang dikunjungi, Sandiaga tidak pernah mau pidato, orasi atau bicara apa pun. Kalau sudah diminta kali oleh panitia dia hanya sholawat dan menyanyikan lagu Opick yang berjudul Alhamdulillah. Jadi safari maulid ini benar-benar penuh tantangan. Selain izin, kendala lain soal truk penghadang di tengah jalan saat menuju Kota Pinang dari Gunung Tua juga terjadi.
Kemudian di wilayah Mandailing Natal ada orang berkeliling mengumumkan bahwa Sandiaga Uno tidak jadi datang. Bahkan ada lagi format WhatsApp yang dikirimkan bahwa kedatangan Sandi diubah tanggalnya. Menariknya di Asahan, malah ada isu bom. Tapi semua kami lewati dengan berbaik sangka.
Merangkul sahabat
Selama dua hari bersama Sandiaga Uno saya memang menemukan beberapa hal positif yang tidak pernah saya temukan pada banyak sosok atau figur. Ada satu kejadian yang luar biasa menurut saya ketika kejadian di Pasar Pagi Kota Pinang yang kemudian jadi viral. Ini bagian pembelajaran bagi saya pribadi yang memang belum lama mengenal Sandiaga Uno.
Di Pasar Pagi itu ada pedagang bernama Dirjon menulis di karton dan digantung di atas kiosnya bertuliskan: Sandiaga Uno kami sudah lama bersaudara sejak kecil, jangan pecah belah karena pemilu, pulanglah. Itu kalimat mengusir sebenarnya. Tapi Sandiaga adalah orang yang berjiwa besar. Bukan menghindar, Sandiaga malah merangkul si pedagang dan menyatakan akan menyampaikan salam Pak Dirjon ke Presiden Jokowi saat bertemu di Jakarta 17 Desember. Sandiaga menjelaskan ini bukan untuk pecah belah jadi mari kita berangkulan saja. Memang akhirnya ada tudingan itu disetting oleh Sandi atau oleh kami. Tapi saya katakan itu tidak benar. Tidak ada settingan apa pun. Memang waktu kunjungan ke Kota Pinang, ada panitia lokal di sana ingin menurunkan spanduk dimaksud. Orang yang melekat pada Sandi meminta jangan diturunkan, tujuannya untuk melihat apa reaksi Sandiaga melihat spanduk itu. Apalagi memang dari awal tim Sandiaga sudah menyatakan ke kami agar tidak ada settingan apa pun. Semua natural. Jadi penolakan di Kota Pinang itu juga memberi saya pelajaran berharga bagaimana menjadi politisi yang baik sebenarnya. Tidak boleh ada musuh semua harus berangkulan. Yang unik dari Sandi
Dalam kunjungan dua hari itu saya juga jadi lebih mengenal Sandiaga Uno sebagai sosok yang sangat low profile dan beberapa hal unik. Ceritanya begini, ketika kami sampai di Labuhan Batu Utara (Aek Kanopan), karena padatnya massa di sekitar mobil Sandiaga, hanya bisa menjawab massa yang ada di sebelah kiri jalan.
Sementara di sebelah kanan juga ramai. Lalu massa yang di sebelah kanan ada yang teriak: Pak Sandi sombong. Begitu padatnya massa akhirnya dia menyeberang dan mendatanginya. Begituju juga waktu di Mandailing Natal. Saat di Panyabungan mobil dihadang oleh masyarakat yang memegang ulos dan sudah mempersiapkan alame (dodol) yang dimasak ramai-ramai.
Problemnya saya baru tahu kami akan dihadang setelah mobil mendekat. Sehingga tidak bisa memberi aba-aba ke voreijder di depan agar berhenti. Memang saya sampaikan ke Sandi bahwa ulos dan alame adalah bentuk penghargaan tertinggi. Walaupun tidak ada dijadwal akhirnya Sandiaga bilang berhenti saja dan dia menerima. Sementara voreijder sudah di depan. Dia bilang: biar aja mereka duluan bro. nanti mereka juga berhenti kalau mobil kita ketinggalan.
Sesampai di Sidimpuan rombongan langsung menuju Masjid Al Abror. Setelah acara selesai Magrib, cuaca kurang bersahabat. Lalu saya sampaikan: Mas bro, itu di luar hujan.
Sementara tugu salak halaman terbuka. Bagaimana? Ternyata jawabannya singkat: asyik.†Jadi lanjut, tanya saya. Dibalasnya lagi: asyik. Dalam hati saya rasa ini aneh. Hujan deras tapi dibilang asyik. Saya pun mulai berfikir menyiapkan fisik dan baju andai benar-benar hujan sederas-derasnya sementara Sandiaga tetap ingin di ruang terbuka.
Sebelum sampai di tugu salak saya juga sampaikan, untuk makan malam andai hujan deras ada rumah makan Padang diseberang Tugu Salak. Lalu dia tanya lokasi yang disiapkan bagaimana? Memang panitia sudah menyiapkan lokasi Tugu Salak sudah ada jajanan berbagai jenis makanan yang disediakan panitia tapi ruang terbuka. Dia jawab spontan: sudah bro kita makan di situ aja.
Kembali lagi saya makin yakin sosok Sandiaga ini yang sangat ingin berbaur dengan masyarakat. Tapi di Sidimpuan kami seperti dapat berkah. Saat solat Magrib di Masjid Al Abror, hujan masih deras. Tapi begitu sampai di Tugu Salak yang berjarak 500 meter, hujan reda dan acara berlangsung seperti biasa. Nah begitu kami meninggalkan Tugu Salak menuju kota Gunung Tua, Padang Lawas Utara, hujan sepertinya turun deras lagi. Sebab perjalanan dari Sidimpuan ke Gunung Tua, hujan sepanjang jalan. Waktu di perjalanan saya telefon panitia di Gunung Tua bagaimana kondisi cuaca dan lokasi. Mereka jawab hujan deras tapi masyarakat tetap berduyun-duyun datang. Saya mulai sedikit panik, bagaimana ini acara jika hujan deras karena tempatnya di alun-alun lapangan terbuka.
Begitu sudah dekat Gunung Tua, saya hubungi lagi panitia. Mereka bilang hujan sudah berhenti dan massa semakin banyak. Ternyata begitu sampai di lokasi hujan berhenti dan acara terlaksana lancar. Benar-benar seperti keberkahan yang memayungi perjalanan safari maulid. Balada Ikan Terubuk Keunikan sosok Sandi ini masih banyak sebenarnya. Dalam perjalanan dari Gunung Tua ke Kota Pinang Sandiaga bilang: Bro besok (Selasa 11/12) saya puasa ya. Karena kemarin Senin (10/12) tidak puasa. Lantas saya jawab bahwa acara di berbagai tempat akan marathon sampai dinihari.
Apalagi saat melewati Ranto Prapat adalah waktu yang tempat untuk makan siang karena ada yang namanya ikan terubuk khas daerah dan tidak ada di tempat lain. Apalagi ikannya sedang bertelur. Apalagi tim sudah menyiapkan makan siang.
"Saya puasa aja mas bro, karena kemarin Senin saya tidak puasa. Kalau begitu bro siapkan aja ikan terubuk itu untuk berbuka puasa,†katanya. Memang Sandiaga ini orang yang komit ibadah puasa Senin-Kamis. Dan ini dilakukannya sejak dulu, bukan saat mau jadi Cawapres saja.
Ketika Selasa dia nyatakan puasa, lalu muncul lagi idenya ingin lari pagi dari Hotel Sudi Mampir ke Pasar Kota Pinang. Lantas saya jawab kalau itu berjarak belasan kilometer. Agenda lari pagi itu sajalah yang dibatalkannya. Selesai agenda Kota Pinang, acara dilanjutkan ke Rantau Prapat. Di sini sudah terjadwal makan siang. Hanya saja Sandiaga sedang puasa. Akhirnya di tempat makan itu semua panitia makan dan massa sudah luar biasa padatnya di luar. Semua tim makan, tapi Sandiaga disiapkan ruang khusus VIP. Lalu apa dibilangnya: Bro atur aja itu massa yang mau foto-foto, tim biarkan makan saja, saya mau foto-foto dengan mereka.
Kembali dalam hati saya tersentuh. Beginilah sosok anak muda ini. Representasi orang yang sudah tak terlalu berorientasi kesenangan dunia. Mungkin kalau kita yang berada di level Sandi dengan amalan, harta, serta diidolakan, akan membuat kita sombong. Dari Rantau Prapat, perjalanan dilanjutkan ke Aek Kanopan. Di sini, lokasi acara bertepatan dengan pengajian yang digelar oleh Ustad Gus Nur. Dan tim tiba pas waktu solat Ashar. Usai acara tersebut dilanjutkan dengan pelantikan Badan Pemenangan wilayah Labura. Coba kita lihat waktu dia memberi motivasi. . Dia ambil mic di sofa, dan langsung turun ke bawah panggung dan sangat interaktif. Dan dia punya talenta di situ dan masih berpuasa. Padahal kita sudah start dari pagi-pagi sekali. Hanya saja Sandiaga tetap bersemangat ketika bertemu massa. Dhuha, Puasa, Olahraga Selain sikap yang sangat low profile kepada siapa pun, saya pribadi banyak belajar tetang keseimbangan pola hidup dunia dan akhirat yang dijalankan Sandiaga Uno. Kenapa semangatnya selalu full power? Lalu senyumnya tak pernah lepas? Tidak pernah kelihatan capek?
Ternyata kunci hidupnya ada tiga. Di setiap perjalanan Sandiaga Uno ini tak pernah meninggalkan sholat dhuha. Bahkan jika dalam situasi tidak bisa berhenti, dia akan solat di dalam mobil. Kemudian mengaji. Menurut dia, dhuha itu sumber rezeki. Waktu membangun bisnis dia merasa rezeki itu datang seperti timpukan batu yang tak pernah putus. Lalu di dalam mobil, salah satu tim yang ikut kami sempat nyelutuk: bos kenapa timpukan batu berbentuk rezeki itu gak disorong ke kita aja. Lalu dia jawab: Lu dhuhanya udah betul tidak?
Dan memang dhuha selalu dikerjakannya. Begitu juga dengan puasa sunat Senin-Kamis dan sekarang amalannya sudah pada puasa Nabi Daud. Saat tiba di Pinang Sori (Tapanuli Tengah) pada hari Senin, saya berfikir dia akan puasa. Namun karena ada gangguan tenggorokan akhirnya tak jadi puasa. Tapi itu tadi, seperti saya ceritakan di atas, esoknya Selasa dia lanjut puasa. Sekali lagi, duha dan puasa sunat ini sudah dijalankannya jauh dari sebelum mencalonkan diri sebagai Cawapres.
Di penutup cerita dua hari bersama Sandiaga Uno ini ingin saya ceritakan hal paling akhir ketika sudah sampai di Kisaran (Asahan). Di wilayah ini badan saya benar-benar sudah drop. Saya sudah tidak tahan karena menghadapi kerumuman massa dan kunjungan yang luar biasa banyak. Bahkan di Kisaran kerumunan massa seperti menghimpit kami. Begitu siap dari acara, saya benar-benar keletihan. Dalam perjalanan dari Kisaran menuju Medan saya kembali terkejut. "Bro saya besok olahraga ya. Mau marathon dari Hotel Aston ke Menteng. Sudah lama saya tidak olahraga. Karena saya besok sarapannya di Menteng,"
Langsung saya merasa makin drop. Dia menyebut lama sudah tak berolah raga hanya dalam hitungan hari. Sementara saya sudah tak olahraga rutin lebih dari dua tahun lalu.
"Mas bro, baru beberapa hari lalu tak olah raga sudah bilang lama. Saya sudah dua tahun tak olahraga. Dan itu jarak dari hotel ke Menteng belasan kilo. Kita nanti sampai di Medan dinihari. Kalau mau olahraga di seberang hotel saja ke Lapangan Merdeka. Itu juga tempat orang jogging," begitu penjelasan saya mendengar keinginannya mau lari pagi dari Aston ke Menteng.
Besoknya memang dia lari pagi di Lapangan Merdeka. Itu juga yang menurut saya membuat staminya selalu penuh disertai, semangat, tekad dan ketulusan. Sejujurnya saya pun pernah berkeliling waktu mencalon jadi Gubsu dulu. Tapi tidak seperti Sandiaga yang tak ada hentinya. Apalagi sampai sekarang dia sudah mengunjungi 800 titik lebih. Memang saya hanya dua hari bersamanya. Tapi ada banyak pelajaran yang bisa diambil.
Keikhlasan, tekad, semangat kuat, serta ibadah yang tak pernah putus. Salam dari kami untukmu Bro Sandiaga Uno. Semoga cita-cita dan keinginan terwujud tahun depan.*** Penulis adalah Ketua DPD Gerindra Sumut dan Ketua Komisi VII DPR-RI