Digitalisasi dalam pengelolaan usaha semakin nyata. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya para pelaku usaha terutama dari sektor Usaha Menengah, Kecil dan Mikro (UMKM) yang bergabung dengan layanan paltform digital dalam pengelolaan usaha mereka. "Dalam dua bulan terakhir sekitar 1500 UMKM mendaftar bergabung dalam layanan kita," kata Head of West Indonesia Grab Indonesia, Richard Aditya saat peluncuran program #TerusUsaha secara virtual di Medan, Selasa (11/8). Digitalisasi dalam berbagai pengelolaan usaha memang sudah menjadi tuntutan saat ini. Dan sektor UMKM yang berkontribusi hingga 67 persen menopang perekonomian di Sumatera Utara menjadi sektor yang harus mendapat perhatian. Temuan dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) dan Tenggara Strategics menyebutkan pekerja lepas dan UMKM yang didukung teknologi Grab berkontribusi sebesar Rp2,66 Triliun bagi perekonomian Sumatera Utara pada 2018. Riset terbaru yang dilakukan pada 2020 juga menunjukkan peran UMKM dalam membuka lapangan pekerjaan, dengan 21% responden mengaku bisa menambah karyawan saat bisnisnya berkembang. Namun faktanya, pandemi membuat 672.000 UMKM di Sumatera Utara mengalami gangguan operasional, termasuk penutupan bisnis. "Hal ini menandakan pentingnya digitalisasi untuk membantu UMKM dapat bertahan dan juga mempercepat pemulihan ekonomi Sumatera Utara," kata Direktur Eksekutif CSIS dan Tenggara Strategics, Riyadi Suparno dalam paparannya. Salah seorang pelaku UMKM Qonitah Azzahra, 25, mengatakan usaha berjualan busana muslim milik keuarganya semakin berkembang setelah pengelolaannya beralih secara digital. “Setelah lulus kuliah di Universitas Indonesia, saya kembali ke Medan dan mulai kembali usaha busana muslim bernama Qonitah Project. Saya mulai belajar jualan online karena melihat kebiasaan masyarakat Medan yang terbiasa belanja lewat smartphone. Untuk pengantaran pesanan pelanggan sehari-hari, saya pakai GrabExpress karena tahu mitra pengantarnya harus memberikan foto barang saat sudah sampai di tangan pembeli. Ini membuat saya yakin kalau barang yang saya jual aman," ungkapnya, Saat ini, Qonitah Project sudah punya 6 karyawan yang membantu saya di toko. Pada masa pandemi ini, usaha saya memang terkena dampak, namun saya tetap bisa mempertahankan penjualan dan malah bisa menambah 3 karyawan kontrak guna membantu melayani pesanan yang melonjak pada Hari Raya Idul Fitri lalu. "Seiring berkembangnya bisnis, saya sekarang sudah cukup percaya diri untuk segera memulai usaha lain di bidang kuliner karena melihat bisnis ini sangat berkembang di Medan berkat adanya GrabFood,” jelasnya.[R]
Digitalisasi dalam pengelolaan usaha semakin nyata. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya para pelaku usaha terutama dari sektor Usaha Menengah, Kecil dan Mikro (UMKM) yang bergabung dengan layanan paltform digital dalam pengelolaan usaha mereka. "Dalam dua bulan terakhir sekitar 1500 UMKM mendaftar bergabung dalam layanan kita," kata Head of West Indonesia Grab Indonesia, Richard Aditya saat peluncuran program #TerusUsaha secara virtual di Medan, Selasa (11/8). Digitalisasi dalam berbagai pengelolaan usaha memang sudah menjadi tuntutan saat ini. Dan sektor UMKM yang berkontribusi hingga 67 persen menopang perekonomian di Sumatera Utara menjadi sektor yang harus mendapat perhatian. Temuan dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) dan Tenggara Strategics menyebutkan pekerja lepas dan UMKM yang didukung teknologi Grab berkontribusi sebesar Rp2,66 Triliun bagi perekonomian Sumatera Utara pada 2018. Riset terbaru yang dilakukan pada 2020 juga menunjukkan peran UMKM dalam membuka lapangan pekerjaan, dengan 21% responden mengaku bisa menambah karyawan saat bisnisnya berkembang. Namun faktanya, pandemi membuat 672.000 UMKM di Sumatera Utara mengalami gangguan operasional, termasuk penutupan bisnis. "Hal ini menandakan pentingnya digitalisasi untuk membantu UMKM dapat bertahan dan juga mempercepat pemulihan ekonomi Sumatera Utara," kata Direktur Eksekutif CSIS dan Tenggara Strategics, Riyadi Suparno dalam paparannya. Salah seorang pelaku UMKM Qonitah Azzahra, 25, mengatakan usaha berjualan busana muslim milik keuarganya semakin berkembang setelah pengelolaannya beralih secara digital. “Setelah lulus kuliah di Universitas Indonesia, saya kembali ke Medan dan mulai kembali usaha busana muslim bernama Qonitah Project. Saya mulai belajar jualan online karena melihat kebiasaan masyarakat Medan yang terbiasa belanja lewat smartphone. Untuk pengantaran pesanan pelanggan sehari-hari, saya pakai GrabExpress karena tahu mitra pengantarnya harus memberikan foto barang saat sudah sampai di tangan pembeli. Ini membuat saya yakin kalau barang yang saya jual aman," ungkapnya, Saat ini, Qonitah Project sudah punya 6 karyawan yang membantu saya di toko. Pada masa pandemi ini, usaha saya memang terkena dampak, namun saya tetap bisa mempertahankan penjualan dan malah bisa menambah 3 karyawan kontrak guna membantu melayani pesanan yang melonjak pada Hari Raya Idul Fitri lalu. "Seiring berkembangnya bisnis, saya sekarang sudah cukup percaya diri untuk segera memulai usaha lain di bidang kuliner karena melihat bisnis ini sangat berkembang di Medan berkat adanya GrabFood,” jelasnya.© Copyright 2024, All Rights Reserved