Usai memberikan materi tentang bagaimana upaya-upaya memberantas korupsi hingga menjabarkan mengapa orang ingin melakukan korupsi, pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) I Jaringan Media Siber (JMSI).
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri menyampaikan dirinya yang telah memasuki purna tugas sebagai perwira tinggi Polri aktif bertepatan dengan usianya yang genap 58 tahun.
“58 tahun tentulah banyak pengaruh terhadap kehidupan seseorang. 37 tahun saya isi dengan pengabdian sebagai anggota Polri sejak pangkat sersan dua, hingga saya sebagai perwira Polri sampai hari ini,” kata Firli dihadapan pengurus daerah JMSI di Mutiara Ballroom, Hotel Metro Park View, Semarang, Jawa Tengah yang diselenggarkan 10-12 November 2021.
Sepanjang hidup dan pengabdiannya, Firli menyampaikan terima kasih kepada bangsa dan negara lantaran ia mengakui telah banyak yang diberikan negara kepadanya.
“Sungguh telah banyak yang diberikan kepada negara, sehingga kini saatnya saya harus membayar dan mengabdi kepada negara,” tekan Firli disambut tepuk tangan perserta Rakernas.
Firli menegaskan bahwa dirinya bukanlah politisi, orang partai politik maupun anak ideologis pemilik partai politik, melainkan hanya anak kampung yang lahir dari sebuah dusun di pelosok yang ada Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan.
“Saya hanyalah Firli, orang kampung yang dibesarkan oleh keluarga miskin. Tekad saya hanya satu. Saya memiliki semangat mendharmabaktikan diri saya berkarya untuk bangsa. Mengabdi untuk negeri mewujudkan mimpi Indonesia bebas dari praktek-praktek korupsi,” tekan Firli menandaskan.
Dalam kesempatan itu, sebuah video perjalanan Firli Bahuri diputar dihadapan seluruh peserta Rakernas I JMSI. Video berdurasi 3 menit 35 detik itu berjudul “Kisah Sang Anak Lontar” mengulas jejak-jejak Firli bermula dilahirkan dari Dusun Lontar yang berada di Kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan, Desa yang ditempuh lima jam melalui darat dari Kota Palembang. Firli dilahirkan dari keluarga petani yang perekonomiannya pas-pasan.
Kehidupannya saat kecil tidaklah mudah, karena menginjak usia 5 tahun Firli telah ditinggal selamanya oleh ayah tercinta. Untuk bersekolah, Firli harus menempuh jalan kaki sejauh 16 kilometer pulang pergi. Menjadi anak yatim, Firli menjadi tulang punggung keluarga membantu sang ibu menafkahi keluarga. Mulai dari jualan kue hingga mencuci mobil untuk biaya sekolahnya.
Namun Firli tak menyerah dalam menghadapi pahitnya hidup yang dijalaninya. Beranjak remaja, ia terus mengasah kemampuan untuk mewujudkan cita-cita dan menggapai mimpinya. Firli berhasil lulus dengan baik di SMA Negeri 3 Palembang, lalu kemudian mendaftarkan diri di Akabri beberapa kali gagal, hingga akhirnya tahun 1984 ia diterima sebagai bintara polisi dengan pangkat Sersan Dua.
Firli terus berjuang untuk masuk Akabri, kini Akpol (Akademi Kepolisian) juga gagal beberapa kali, hingga di tahun 1987 akhirnya ia diterima sebagai taruna dan manapaki karirnya sebagai anggota Korps Bhayangkara sampai menjadi Ketua KPK.
Meski sudah banyak berkecimpung di Jakarta karena tugas-tugas yang diembannya, Firli masih dikenal sebagai jenderal yang jago memanggang Kempalang, panganan khas orang di dataran Sumatera Selatan, Firli juga sangat dikenal sebagai jenderal yang merakyat dan dicintai rakyat. Jenderal bintang tiga itu juga amat dekat dengan anak buah juga sosok suami yang sayang dengan keluarga.
© Copyright 2024, All Rights Reserved