Kalangan jurnalis dari berbagai media cetak, televisi dan online berunjuk rasa di depan Kantor Wali Kota Medan, Jalan Kapten Maulana Lubis, Medan, Kamis (15/4/2021) siang.
Mereka mengecam pengusiran rekan mereka oleh personil Satpol PP, Polisi hingga Paspampres dari halaman Kantor Wali Kota Medan saat menunggu Bobby Nasution untuk wawancara.
Menurut mereka, pengusiran wartawan yang sedang menunggu kesempatan untuk wawancara dengan pemimpin Kota Medan tersebut merupakan bagian dari upaya menghalangi tugas jurnalistik yang sedang dilakukan. Mereka mengungkit janji keterbukaan informasi publik yang menjadi salah satu janji kampanye Bobby Nasution saat bertarung di Pilkada Medan 2020 lalu.
"Waktu kampanye banyak yang bapak sampaikan kepada kami. Dimana keterbukaan informasi yang bapak bilang kalau pertanyaan wartawan saja dibatasi setiap wawancara. Dimana yang namanya pemimpin tapi rakyat bertanya dibatasi?," teriak salah seorang pengunjuk rasa Hani Ritonga yang menjadi korban pengusiran.
Menurut mereka aksi arogan petugas keamanan Kantor Wali Kota merupakan tanggung jawab dari seorang pimpinan. Sebab, sikap seperti itu menurut mereka tidak mungkin terjadi tanpa sepengetahuan pimpinan di kantor tersebut.
"Pak Bobby turun sekarang temui kami. Sekarang bapak bisa duduk disitu juga karena rakyat," teriaknya.
Dalam unjuk rasa kali ini para wartawan meminta agar Bobby Nasution mengubah pola pengamanan di Kantor Wali Kota Medan agar lebih fleksibel kepada kalangan wartawan selaku penyambung lidah rakyat. Hal ini mereka tuliskan dalam berbagai spanduk yang mereka bawa saat unjuk rasa seperti tulisan sindiran "Walikota Rasa Persiden", Panglima talam. Bobby Jangan Halangi kerja wartawan, Medan gak berkah kalau banyak panglima talam, Tuan Walikota Jangan Warisi Paham Kolonial dan lainnya.
Aksi ini sendiri tidak ditanggapi langsung oleh Bobby Nasution maupun wakilnya. Hanya terlihat Kabag Humas Pemko Medan Arrahman Pane yang datang menyahuti tuntutan para pengunjuk rasa.
© Copyright 2024, All Rights Reserved