Pandemi covid-19 masih terus menjadi momok kesehatan yang berdampak pada berbagai sendi kehidupan masyarakat. Efeknya dari penyebaran virus ini tidak hanya melulu soal kesehatan, namun juga berdampak bagi perekonomian dan persoalan lain.
Prinsip 'lebih baik mencegah daripada mengobati' merupakan hal yang sejatinya benar. Atas dasar itu jugalah maka protokol kesehatan baik itu 3 M atau 5 M yang terus digaungkan oleh pemerintah harus ditaati.
Namun tidak cukup sampai disitu, dalam pandangan saya, akan sangat baik juga kalau jika kita memiliki 3 C yaitu Cerdas Spiritual, Cerdas Otak dan Cerdas Otot.
1. Cerdas Spiritual: Kita perlu berdoa sesuai dengan agama masing-masing dan berserah diri kepada Tuhan. Termasuk berdoa agar pandemi ini segera berlalu.
2. Cerdas Otak: Selain 3M atau 5 M, yang menjadi target awal infeksi adalah mukosa dalam hidung/ tenggorokan. Masker dan tangan yang di semprot atau APD lengkap, semuanya tidak diswab tapi tetap wajib dijaga kebersihannya. Hal lain yang perlu adalah lubang hidung harus dibersihkan dengan sabun bayi minimal 2 kali per hari. Kemudian kumur-kumur menggunakan betadin gargle diencerkan minimal 1 kali per hari. Apalagi bila diduga kontak dengan pasien covid-19 maupun bila kondisi sakit, prosedur bersih bersih mukosa/ permukaan dalam hidung itu wajib dikerjakan minimal 3 kali per hari. Hal ini yang dikenal dengan oral higiene di ICU. Mumpung pasien masih sadar baik dan bisa diperintah dan perlu kesadaran diri sendiri. Namun banyak yang meremehkan prosedur oral higiene ini sehingga bila jatuh dalam kondisi penurunan kesadaran menjadi sulit dan kuman virus menjalar ke area paru paru/ pnemonia.
3. Cerdas otot: Walaupun cerdas spiritual dan otak, namun otot otot nafas tidak terjaga/ lemah maka akan besar beresiko penumpukan sekret/ dahak. Sehingga kemampuan batuk pun tidak bagus. Betapa banyak saudara kita telah cerdas spiritual/ otak dengan 3 M 5M, tapi otot dada/ nafas jelek. Akhirnya terkena covid dan banyak yang meninggal.
Untuk meningkatkan performa otot dada/nafas bisa dilakukan dengan tiup balon 10 kali per 8 jam, atau push up dengan beberapa posisi apakah 45 derajat pada tembok per 8 jam, atau bila kondisi sehat push up di lantai. Banyak model prosedur olah raga lain fokus untuk dada bisa dilihat di media sosial. Cukup 3-5 menit per hari. Tidak perlu hingga 2-3 jam.
Namun kebanyakan orang juga sering meremehkan, sehingga untuk mempertahankan otot nafas mesti dipasang alat mesin nafas/ ventilator. Tentu kondisi ini merupakan keadaan yang terlambat dan jelek, akhir dari perjalanan penyakit. Bila respon pasien bagus bisa lepas dari alat mesin nafas/ extubasi. Namun sisa-sisa kecacatan paru nantinya pasti pasien wajib fisioterapi nafas.
Sebaliknya bila respon jelek, maka pasien tidak akan lepas dari extubasi dan kerap berakhir dengan kematian. Semoga mencerahkan.***
Penulis adalah Staf Anestesi dan terapi intensif FK USU/ RSUP H Adam Malik Medan
© Copyright 2024, All Rights Reserved