Persoalan ekonomi kerap menjadi salah pemicu terjadinya persoalan keluarga di tengah masyarakat.
- KPK Dihalangi saat Akan Geledah Kantor PT Fantastik Internasional Batam
- Polda Sumut Ciduk Ratusan Preman Dan Pelaku Pungli
- Bambang Pardede: Butuh Rp 5 Triliun Selesaikan Masalah Jalan Di Sumut
Baca Juga
Salah satu persoalan yang sering muncul yakni perceraian orangtua maupun ketidakmampuan orangtua dalam mengurus anak sehingga berujung pada terpisahnya orangtua dengan anak sekaligus hilangnya pengasuhan keluarga terhadap anak.
Demikian disampaikan National Director SOS Children's Village Gregor Hadi Nitihadrjo pada acara media visit di SOS Chhildren's Village Medan, Jalan Seroja Raya, No 150, Tanjung Selamat, Medan Tuntungan, Selasa (26/7/2022).
"Kami juga berhadapan dengan situasi dimana orang tua minta tolong karena kondisi ekonomi sulit, jadi ingin memberikan anak untuk diasuh oleh lembaga ini," katanya.
Hadi menjelaskan, SOS Children's memiliki konsep yang selalu mengutamakan agar anak mendapatkan pengasuhan dari keluarga inti. Pengasuhan pada SOS Children's Village merupakan pilihan terakhir jika sang anak memang harus terpisah dari orang tua dan keluarganya.
"Maka dari itu dalam menghadapi yang seperti ini kami tetap berupaya agar mereka (orang tua dan anak) tidak berpisah dan membuatkan program bagi keluarga mereka," ujarnya.
Salah satu program untuk menjadi solusi atas persoalan ini yakni dengan program penguatan keluarga atau Family Strengthen. Mereka melakukan hal ini dengan beberapa penekanan poin penting yakni menguatkan keluarga rentan dengan memastikan mereka mampu memberikan pengasuhan terbaik untuk anak. Kemudian, membantu dan mendukung keluarga untuk mengubah penghidupan lebih baik.
"Juga membantu keluarga mencapai kemandirian ekonomi dalam memberikan hak dan kebutuhan dasar anak. Ini untuk mencegak anak-anak kehilangan orang tua dan terpisah dari keluarga," ungkapnya.
Sementara Deputy National Director SOS Children’s Villages, Patria Banteng menjelaskan program penguatan keluarga rentan ini mereka lakukand dengan menggandeng pemerintah seperti Dinas Pertanian dan beberapa stakeholder lainnya.
"Kita buatkan program dengan menggunakan dana stimulus, di tengah masyarakat kita libatkan kelompok-kelompok tani, BUMDes dan lainnya. Ini untuk memastikan bahwa dana bergulir dari kami bisa memastikan program berjalan dengan baik," sebutnya.
Dengan menggandeng pemerintah dan merangkul keterlibatan kelompok tani, BUMDes dan lainnya, pertanggungjawaban atas dana bergulir yang mereka keluarkan menurutnya juga akan lebih efektif.
"Karena dengan keterlibatan bersama, selain melakukan usaha mereka juga ada tanggungjawab sosial karena menggunakan dana. Kami menggandeng Dinas Pertanian sehingga keluarga yang kami dampingi bisa terupgrade ilmunya. Dengan begitu, akselerasi program lebih cepat," ungkap Banteng.
SOS Children's Village saat ini sudah terbentuk pada 11 lokasi di Indonesia yakni di Lembang, Jakarta, Semarang, Bali, Flores, Banda Aceh, Meulaboh, Medan, Bogor, Yogyakarta dan Palu. Mereka menerapkan pola pengasuhan keluarga dimana setiap anak memiliki orang tua asuh yang memberikan perhatian layaknya orang tua inti.
Plt. Village Director SOS Children’s Village Medan, Teuku Muhammad Razali mengatakan konsep Village menggambarkan suasana perkampungan dimana masing-masing anak akan masuk dalam keluarga-keluarga yang juga tinggal pada rumah masing-masing.
"Kita membuat seperti kampung dan keluarga. Kita tidak menciptakan konsep baru, melainkan tetap mengikuti konsep yang ada dalam keluarga. Tumbuh bersama, dengan orang tua mereka. Bahkan masing-masing keluarga disini memiliki independensi masing-masing sebagaimana independensi keluarga pada masyarakat umumnya," pungkasnya.
- Ribuan Relawan Ikut Aksi Bersih-Bersih WCD 2023 di Komplek Istana Maimun Medan
- Ustaz Sahabat Ganjar Berikan Kajian Tentang Keutamaan Wudhu di Medan
- Dukung Merdeka Belajar, Semua Guru Penggerak Diangkat Kepala Sekolah di Medan