Pelaksana tugas (Plt) Walikota Medan, Ir H Akhyar Nasution MSi merasa bangga dan bahagia bisa diterima untuk berkunjung ke SD IT Siti Hajar di Jalan Djamin Ginting Km 11 Paya Bundung, Kamis (27/2/2020) pagi. Kebanggaan itu diawali karena ada penyambutan dengan iringan musik hasil reduse barang yang tidak terpakai seperti kemasan oli bekas, tong oli dan galon air mineral. Kemudian, suasana sekolah juga sangat banyak pohon-pohonnya, sehingga siswa-siswinya nyaman berada di dalam sekolah. Anggota DPRD Periode 1999-2004 ini mencoba meriview kembali kisah Siti Hajar bersama Nabi Ismail saat berada di padang tandus. Saat itu, Nabi Ismail kehausan dan Siti Hajar berlari ke Safa hingga Marwah hanya untuk mencari air. Namun, saat hentakan kaki Nabi Ismail ke padang tandus, disitulah keluar air yang kini disebut air zam-zam. Saat itulah Siti Hajar memberikan anaknya minum. "Kisah ini menyampaikan bahwa di dalam perjuangan, jangan lupa berdoa kepada Allah. Sehebat apapun kita, sepintar apapun kita, ternyata ada yang lebih hebat yakni Allah. Kita sebagai umat manusia, tugasnya berusaha, berjuang, berikhtiar, berdoa. Pada saat yang tepat, Allah penuhi. Allah Maha Tahu pada saatnya," terangnya. Di sisi lain, Akhyar menyinggung manusia yang sial yakni yang masih membuang sampah sembarangan. "Terimakasih kepada bapak ibu guru yang telah mengajarkan kepada anak-anak kita ini. Begitu juga dengan Medan Merdeka Belajar. Program ini merupakan pengajaran untuk menumbuhkan kepercayaan diri dan kreativitas anak," terangnya. Interaksi agama dan ilmu pengetahuan, kata Akhyar, harus ditanamkan kepada anak-anak untuk menjadi pondasi, agar tidak ada kesombongan, dan keangkuhan dalam keilmuan mereka kelak. "Saya berharap, kita tidak hanya menghasilkan orang pintar, cerdas, tapi mampu merasa. Kalau hanya sekedar pintar dan cerdas, tapi tidak merasa, itu sama saja kita itu robot," tukasnya. "Kita kalah soal disiplin kebersihan. Kita belum mampu menciptakan sarana prasarana yang ideal. Tapi kalau kita mau bergerak bersama, itu bisa kita atasi," pungkasnya. Sebelumnya, Perwakilan Yayasan Siti Hajar Perwira Mula Tarigan menyamaikan, SDIT Siti Hajar didirikan atas semangat orangtua turut memberikan sumbangsih dalam kemajuan pendidikan dan melahirkan generasi muda unggul di Kota Medan. Setelah didirikan, sebutnya maka konsep pendidikan dan pengajaran yang diberikan SDIT Siti Hajar ini lebih kepada sekolah yang membuat rasa bahagia, tempatnya nyaman, alami dan pengajarnya ditanamkan untuk mengajar siswanya dengan hati. Alhamdulillah, konsep pendidikan seperti ini mengantarkan SDIT Siti Hajar ini menjadi salah satu sekolah yang berstatus Adiwiyata Nasional.[R]
Pelaksana tugas (Plt) Walikota Medan, Ir H Akhyar Nasution MSi merasa bangga dan bahagia bisa diterima untuk berkunjung ke SD IT Siti Hajar di Jalan Djamin Ginting Km 11 Paya Bundung, Kamis (27/2/2020) pagi. Kebanggaan itu diawali karena ada penyambutan dengan iringan musik hasil reduse barang yang tidak terpakai seperti kemasan oli bekas, tong oli dan galon air mineral. Kemudian, suasana sekolah juga sangat banyak pohon-pohonnya, sehingga siswa-siswinya nyaman berada di dalam sekolah. Anggota DPRD Periode 1999-2004 ini mencoba meriview kembali kisah Siti Hajar bersama Nabi Ismail saat berada di padang tandus. Saat itu, Nabi Ismail kehausan dan Siti Hajar berlari ke Safa hingga Marwah hanya untuk mencari air. Namun, saat hentakan kaki Nabi Ismail ke padang tandus, disitulah keluar air yang kini disebut air zam-zam. Saat itulah Siti Hajar memberikan anaknya minum. "Kisah ini menyampaikan bahwa di dalam perjuangan, jangan lupa berdoa kepada Allah. Sehebat apapun kita, sepintar apapun kita, ternyata ada yang lebih hebat yakni Allah. Kita sebagai umat manusia, tugasnya berusaha, berjuang, berikhtiar, berdoa. Pada saat yang tepat, Allah penuhi. Allah Maha Tahu pada saatnya," terangnya. Di sisi lain, Akhyar menyinggung manusia yang sial yakni yang masih membuang sampah sembarangan. "Terimakasih kepada bapak ibu guru yang telah mengajarkan kepada anak-anak kita ini. Begitu juga dengan Medan Merdeka Belajar. Program ini merupakan pengajaran untuk menumbuhkan kepercayaan diri dan kreativitas anak," terangnya. Interaksi agama dan ilmu pengetahuan, kata Akhyar, harus ditanamkan kepada anak-anak untuk menjadi pondasi, agar tidak ada kesombongan, dan keangkuhan dalam keilmuan mereka kelak. "Saya berharap, kita tidak hanya menghasilkan orang pintar, cerdas, tapi mampu merasa. Kalau hanya sekedar pintar dan cerdas, tapi tidak merasa, itu sama saja kita itu robot," tukasnya. "Kita kalah soal disiplin kebersihan. Kita belum mampu menciptakan sarana prasarana yang ideal. Tapi kalau kita mau bergerak bersama, itu bisa kita atasi," pungkasnya. Sebelumnya, Perwakilan Yayasan Siti Hajar Perwira Mula Tarigan menyamaikan, SDIT Siti Hajar didirikan atas semangat orangtua turut memberikan sumbangsih dalam kemajuan pendidikan dan melahirkan generasi muda unggul di Kota Medan. Setelah didirikan, sebutnya maka konsep pendidikan dan pengajaran yang diberikan SDIT Siti Hajar ini lebih kepada sekolah yang membuat rasa bahagia, tempatnya nyaman, alami dan pengajarnya ditanamkan untuk mengajar siswanya dengan hati. Alhamdulillah, konsep pendidikan seperti ini mengantarkan SDIT Siti Hajar ini menjadi salah satu sekolah yang berstatus Adiwiyata Nasional.© Copyright 2024, All Rights Reserved